LOKAKARYA Revitalisasi Tari Klasik Sunda sebagai Bentuk Kolaborasi antar Akademisi dan Praktisi

Peserta Lokakarya

Rabu, 17 Januari 2024 telah terselenggara kegiatan Lokakarya : Revitalisasi Tari Klasik Sunda yang diusulkan oleh Irawati Durban Ardjo, sang Maestro Tari dari Jawa Barat yang bertempat di Ruang Rumawat, Kampus Iwa Koesoema Universitas Padjadjaran. Kegiatan ini juga terselenggara atas inisiasi dan diskusi dengan beberapa seniman dan budayawan tari di Jawa Barat seperti Prof. Dr. Dr. (HC). Ganjar Kurnia, Ir., DEA dari Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Endang Caturwati, SST., M.S dan Prof. Dr. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum dari ISBI, Indrawati Lukman dari Studio Tari Indra, Endo Suanda, dan lainnya.

Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan yang disampaikan oleh Dasta, mahasiswa S2 Kajian Budaya Universitas Padjadjaran, kemudian dilanjutkan oleh Irawati Durban Ardjo selaku pengusul kegiatan ini. Kegiatan lokakarya ini pun dibuka oleh Tari Kawit yang ditarikan oleh 2 murid dari Sanggar Irawati Durban Ardjo, sebuah tarian yang sarat akan makna gerak dasar dalam tarian Sunda yang diharapkan akan terus dilestarikan oleh generasi sekarang dan yang akan datang.

Kemudian acara dibuka dengan pemaparan mengenai Tari Klasik itu sendiri yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Endang Caturwati, SST., M.S. dari Institut Seni Budaya Indonesia yang menjelaskan mengenai sejarah sebuah tarian klasik bukan hanya di tatar Sunda melainkan di Jawa, Bali, Minangkabau, hingga Makassar. Selanjutnya, Endo Suanda sebagai salah satu budayawan Sunda, menjelaskan maksud revitalisasi Tari Klasik Sunda yang terbagi menjadi 3 hal yakni Pertunjukan, Festival, dan Pengarsipan. Pertunjukan sendiri dinilai akan efektif jika dilakukan 3-4 kali dalam setahun, kemudian Festival atau Lomba yang diselenggarakan untuk kelompok usia anak dan remaja, serta proses pengarsipan tari menjadi sebuah penelitian maupun dokumentasi.

Moderator Kegiatan Lokakarya

Pemaparan yang dipandu oleh Prof. Dr. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum sebagai moderator ini kemudian mendapat banyak masukan serta mengundang diskusi dengan para tamu undangan baik dari para pemangku kebijakan, akademisi, hingga praktisi di bidang seni tari itu sendiri.

Masukan pertama dari para pemangku kepentingan yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat yang diwakili oleh Ibu Febby dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung yang diwakili oleh Ibu Ratna. Kedua pihak tersebut sangat mendukung proses revitalisasi tari klasik Sunda dalam bidang pengarsipan dan digitalisasi, serta akan senantiasa menyediakan tempat untuk menyelenggarakan pertunjukan seperti Bandung Creative Hub. Kemudian masukan selanjutnya datang dari pihak akademisi yakni Universitas Pendidikan Indonesia yang diwakili oleh Prof. Juju Masunah, M.Hum, Ph.D. serta beberapa dosen yang juga turut menghadiri kegiatan ini seperti Prof. Dr. Tati Narawati, S.Sen., M.Hum., Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. dan Dr. Heni Komalasari, M.Pd. memberikan masukan terkait proses revitalisasi melalui penelitian dan pengerahan massa melalui program MBKM dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan tentunya.

UPI sendiri selain memiliki program studi Pendidikan Seni Tari yang identik dengan pelestarian tarian Sunda, juga memiliki Pusat Kajian Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Industri Pariwisata (EKKIP) yang berada di bawah naungan LPPM UPI. Pusat kajian yang diketuai oleh Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. ini juga secara tidak langsung bersinggungan dengan proses pelestarian dan revitalisasi tari klasik Sunda karena tarian-tarian tersebut bisa dijadikan salah satu opsi wisata budaya di Bandung dan akan mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah bahkan negara lain.

Sementara itu, Institut Seni Budaya Indonesia yang diwakili oleh Ai Mulyani, S.Sen., M.Si. menyampaikan bahwa ISBI akan senantiasa semangat dan berkolaborasi dengan memberikan materi mengenai tari klasik Sunda dalam pembelajaran serta akan melibatkan pelaku budaya baik dosen maupun mahasiswa untuk tetap melestarikan tari klasik Sunda.

Maestro Tari Sunda dan juga sahabat dari Irawati Durban Ardjo, yakni Indrawati Lukman pun turut mendukung proses revitalisasi yang melibatkan akademisi dan praktisi. Hal ini disampaikan melalui gagasan pertunjukan oleh sanggar di dalam kampus serta proses pengajaran materi tari klasik Sunda yang disampaikan oleh ahli tari kepada mahasiswa seni tari.

Penyampaian masukan oleh Indrawati Lukman

Kegiatan ini selain  mendapat dukungan dari beberapa institusi seperti UNPAD, UPI, dan ISBI, secara spontan juga memperoleh dukungan di antaranya dari Evoy Production, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kostum dan aksesori tarian. Evoy Production secara spontan menyumbangkan 5 juta sebagai langkah awal kegiatan revitalisasi ini. Tak kalah pula perwakilan dari Bandung Heritage, Frances B. Affandy juga menyatakan bersedia berkolaborasi dalam kegiatan ini karena dia percaya bahwa “If you want preserve it, you must practice it” . Terakhir, penutupan dari Prof. Dr. Dr. (HC). Ganjar Kurnia, Ir., DEA selaku tuan rumah dan sebagai Kepala Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran akan terus berusaha mendukung segala hal yang berkaitan dengan pengembangan dan pelestarian budaya Sunda.

(Heru Mahmud/Kontributor Humas UPI)