LPPM UPI Selenggarakan Workshop Penulisan Proposal Penelitian dan PkM

Bandung, UPI

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyelenggarakan Seminar dan Workshop Penulisan Proposal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di Lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia di Auditorium LPPM UPI Lantai 3 Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, pada Selasa (19/3/2024).

Ketua LPPM UPI Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum., menjelaskan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi terkait Penulisan Proposal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Diharapkan, lahir proposal-proposal yang baik, diterima dan didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan sumber-sumber lainnya.

Hadir pada kesempatan tersebut sebagai narasumber Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek Prof. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr., Ketua LPPM Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S., dan Guru Besar Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI Prof. Dr. Ade Gafar Abdullah, M.Si. Sementara itu, Prof. Dr.Hj. Ida Hamidah, M. Si., dari LPPM UPI tampil menjadi Moderator.

Menurut penuturan Prof. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr., dirinya memaparkan tentang kebijakan penguatan dan pengembangan riset Dikti melalui sinergi dan kolaborasi menuju Indonesia unggul. Fokus utamanya pada transformasi proses bisnis dan tata kelola program, serta rencana kerja DRTPM yang melandasi peningkatan kuantitas, kualitas dan reputasi riset, teknologi, dan pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi. Hal tersebut dimaksudkan untuk membangun kualitas perguruan tinggi secara keseluruhan. Perguruan tinggi didorong untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas tinggi dan relevan yang berdampak pada masyarakat.

“Sebagaimana kita sadari, perguruan tinggi di Indonesia banyak, jumlah dosennya banyak, namun researcher-nya terbatas. Keterbatasan researcher tersebut sering dijadikan alasan untuk tidak bisa berbuat apa-apa. Prinsip kita adalah tidak boleh menunggu dan jangan saling ketergantungan. Oleh karena itu, dengan apa yang ada, kita maksimalkan dan optimalkan dengan cara sinergi dan kolaborasi. Hindari seorang researcher untuk bekerja sendiri, karena hasilnya tidak akan optimal,” tegas Prof. Faiz Syuaib.

Dijelaskannya lebih lanjut bahwa program dan skema riset/penelitian pada tahun 2024 diciptakan untuk memaksa para researcher berkolaborasi. Jadi melalui Skema Kolaborasi Penelitian Strategis, penelitian dilakukan dalam bentuk konsorsium yang terdiri dari 3-4 tim peneliti dari perguruan tinggi yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengembangkan jejaring kolaborasi tim peneliti antar perguruan tinggi dengan peta jalan penelitian dalam topik yang sama dan diharapkan dapat mengangkat kolaborasi Indonesia ke tingkat internasional, sehingga dengan dana yang sama, bisa dilakukan oleh orang banyak, researcher bisa bertambah dan output-nya juga bisa dinikmati bersama.

DRTPM juga mengembangkan tema-tema menarik. Kolaborasi untuk tema besar bersama seperti Penelitian Kerjasama Dalam Negeri (PKDN) dan Kolaborasi Penelitian Strategis (KATALIS). PKDN bertujuan untuk meningkatkan kualitas PT di klaster papan tengah melalui kolaborasi dengan PT klaster Mandiri atau Utama. Sementara untuk KATALIS, PT dengan kualifikasi tinggi diminta untuk tidak bersaing dalam field yang sama dengan PT di bawahnya, tetapi bagaimana dengan keunggulan yang berbeda tersebut bisa berjalan bersama dan berkolaborasi untuk tujuan yang sama dengan cara berbagi tugas.

“Sementara itu, transformasi pada program Pengabdian Kepada Masyarakat DRTPM meminta pada setiap perguruan tinggi untuk menghadirkan kualitas kampus kepada masyarakat, sehingga tolak ukur pengabdian itu adalah bagaimana masyarakat mendapatkan solusi, manfaat dan dampak yang berkelanjutan,” pungkas Prof. Faiz Syuaib.   (dodiangga)