Mobile Laboratorium ICMLS Karya Peneliti UPI, Siap Diproduksi Massal

Bandung, UPI

Intergrated Communication Mobile Laboratorium Simulator (ICMLS) berpotensi untuk dipabrikasi, diproduksi secara massal oleh industri yang berkompeten di bidang IT, komputer ataupun teknologi komunikasi. ICMLS adalah sebuah alat yang terdiri dari perangkat komputer server dan client, kedua alat ini merupakan salah satu bentuk laboratorium mini yang sifatnya bisa dibawa kemana-mana. ICMLS merupakan miniatur laboratorium yang mobile, sebuah produk inovatif di era industry 4.0, buah karya Peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia (LPPM UPI) yang beranggotakan Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si., MCE., Tata Risdian R, ST., M.Pd., dan D. Sudjana, BE.

Hal tersebut ditegaskan oleh Peneliti LPPM UPI Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si., MCE., usai melakukan pertemuan dengan Tim PT INTI, di Ruang Rapat Divisi Pengembangan Produk dan Divisi Bisnis Lt. 10 Jl. Moh. Toha No. 77, Kota Bandung. Dijelaskannya,”PT INTI, sebuah sebuah perusahaan Telekomunikasi di Indonesia yang bergerak di bidang telekomunikasi, tertarik dengan ICMLS karena menurut analisisnya memiliki prospek bisnis dan memungkinkan untuk diproduksi secara masal, karena pangsa pasarnya jelas yaitu SMK-SMK yang ada di seluruh Indonesia, dan tim peneliti sudah membuat daftar calon pembeli jika ICMLS diproduksi secara massal dengan standar produksi pabrikan. Sementara itu, berdasarkan analisis dan evaluasi Divisi Pengembangan Produk dan Divisi Bisnis PT INTI, ICMLS memiliki nilai-nilai kebaruan, serta memilki hal yang sifatnya Grass Root Technology, yaitu sebuah produk teknologi yang berupaya menyediakan kebutuhan dan solusi atas permasalahan user atau pengguna.”

ICMLS hadir untuk menindaklanjuti saran dan kritik para user di sekolah vokasi (SMK), ujarnya. ICMLS adalah alat yang sesungguhnya dicari orang karena mampu memenuhi kebutuhan user tanpa harus merubah sistem yang diselenggarakan oleh Kejuruan atau Vokasi di SMK-SMK. Sementara itu di sisi lain, kebanyakan industri-industri IT dan komputer yang memproduksi media pembelajaran, terkadang memaksakan produknya kepada user tanpa memperhatikan kebutuhannya, sehingga menimbulkan kesan bahwa kurikulum dan modul pembelajaran harus dirubah mengikuti spesifikasi produk tersebut, sehingga produknya tertahan dan tidak terserap oleh pasar walaupun produknya bagus.

Diungkapkannya,”Produk ini dinilai memiliki biaya yang terjangkau, karena komponennya menggunakan bahan yang mudah didapatkan, namun yang mahal adalah idenya, sehingga PT INTI mengundang tim Peneliti LPPM UPI untuk melakukan diskusi tentang rencana tindak lanjut komersialisasi produk ICMLS. Diskusi yang dibangun meliputi demo produk, rencana bisnis dan pengembangan lanjutan produk.”

ICMLS merupakan produk penelitian LPPM UPI pertama yang diminati dan langsung diundang oleh pihak industri calon mitra untuk diproduksi secara massal dengan standar komersial, terangnya. Keunggulannya adalah biaya belanja peralatan laboratorium yang dilakukan oleh SMK dengan konsentrasi Teknik Komputer Jaringan dapat ditekan. ICMLS bisa dibawa kemana-mana, dan bisa diakses oleh client dalam radius 15 KM. Guru dan siswa tidak perlu berebut alat, oleh karena itu ICMLS bisa menembus industry.

“Namun sebelum berlanjut, pihak industri membutuhkan paparan serta informasi turunannya terkait kelanjutannya, mengingat produk ICMLS ini masih perlu dilengkapi dengan pengembangan software-nya. Software yang akan dikembangkan berbasis multimedia interaktif yang mengadopsi dari Artificial Intelligence (AI), para pengguna akan di guide oleh suara yang keluar dari alat tersebut, sehingga akan meringankan atau mengurangi keausan dari alat tersebut, artinya alat tidak terlalu banyak disentuh oleh siswa, hanya dengan berbicara atau menggunakan remote control alat ini dapat digunakan. Dengan demikian, tingkat maintenance-nya low budget. ICMLS diharapkan dapat membantu user dalam proses uji kompetensi yang terdiri dari 19 mata pelajaran yang diujikan di laboratorium, sehingga tercipta efisiensi,” ungkapnya lagi.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kadiv (SVP) Business & Product Develompent PT INTI Dr. Yudi Limbar Yasik mengatakan,”Yang penting itu kan ada sinergi antara perguruan tinggi dengan industri, jadi jika ada masalah terkait keunggulan dan kekurangan, nanti kita saling melengkapi, saling membantu. Kalau perguruan tinggi itu kuat dari sisi penelitiannya, apalagi UPI merupakan leading di bidang pendidikan karena jati diri UPI adalah Pendidikan sementara PT INTI kuat di bidang industrialisasinya dan pemasarannya, nah dua kekuatan ini kita satukan, jadi jangan dilihat kelemahannya tapi dilihat kekuatannya masing-masing. UPI dinilai memiliki akses yang sangat bagus dalam bidang pendidikan sementara itu PT INTI memiliki akses ke dunia industri.”

Adapun bentuk kolaborasi yang dilakukan terhadap ICMLS berupa hilirisasi produk atau komersialisasi produk hasil penelitiannya UPI, ungkapnya. Barangnya memang tidak bisa langsung masuk pasar, kita harus lakukan rekayasa produksi dulu baru dicoba melakukan penetrasi pasar. Prospek pasar belum kita jajaki, jadi belum bisa dipastikan karena baru mendapatkan informasi sepihak dari UPI bahwa untuk produk ini ada pasarnya.

“Kita melihat secara global, pendidikan vokasi menjadi salah satu unggulan di 2019 ini, jadi barang-barang yang berhubungan dengan didaktik atau vokasi sudah dikaji dan ada pasarnya, namun untuk produk ini perlu dilakukan survey market dulu, nanti kalau barangnya sudah jadi kita bisa lakukan survey secara detail. Hari ini kita baru mendapatkan secondary data, artinya secara potensi ada, namun secara spesifik harus dibuktikan dengan survey market. Untuk menuju proses pabrikasi menjadi barang komersial kami memerlukan modul sebagai kelengkapannya, dan hal penunjang lainnya. Menurut kami, untuk berkecimpung di industri Pendidikan, UPI merupakan mitra yang paling tepat, kita lanjutkan dengan MoU,” tegasnya. (dodiangga)