UPI Gelar Wayang Golek, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sunda UPI jadi Dalangnya!

Bandung, UPI

Sebanyak 2 orang Dalang, yaitu Shildam Gema Amanda Firdaus, dikenal juga dengan nama panggung Shildam Wawan Dede Amung Sutarya (Pujaran Munggul Pawenang Putra), mahasiswa Pendidikan Bahasa Sunda Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) angkatan 2020 dan Candra Nugraha Setiawan (Putra Wangunharja) mahasiswa Pendidikan Bahasa Sunda UPI angkatan 2022, tampil secara enerjik dalam pertunjukan Pentas Dalang Bumi Siliwangi.

Acara tersebut juga dimeriahkan oleh Rita Tila dan Juara I Sinden Binojakrama 2001 dan Juara I Pasanggiri Sinden Titim Fatimah 2004, Nunung Nurmalasari. Tampil sebagai Sinden, yaitu Nada Lugina, Deti Kania mahasiswa Pendidikan Bahasa Sunda UPI angkatan 2021, dan Hamdah Hamidah mahasiswa Pendidikan Seni Musik UPI angkatan 2021. Sementara itu, Wiraswara dibawakan oleh Rio Gelar dan Wiyaga oleh Pujaran Munggul Pawenang Putra.

Penonton yang berdatangan dibuat takjub dengan kolaborasi dua dalang yang memainkan wayang secara bersama. Kedua dalang tersebut tampil atraktif. Pertunjukan wayang tersebut digelar di area ATM Centre, Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Minggu (31/12/2023).

Rektor UPI Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., sangat mengapresiasi Pentas Dalang Bumi Siliwangi: Salakon Dua Dalang ini sebagai bentuk upaya untuk melestarikan seni budaya yang ada di Jawa Barat serta untuk mengedukasi sivitas akademika UPI tentang seni Pertunjukan Wayang Golek. Ditegaskannya,”Sudah sepatutnya sebagai generasi muda, kita wajib melestarikan Wayang Golek sebagai warisan budaya Nusantara.”

Sementara itu, menurut Ketua Pelaksana Kegiatan yang juga Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Sunda Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr. Yatun Romdonah Awaliah, M.Pd., menjelaskan bahwa Pertunjukan Wayang Golek yang bertajuk Pentas Dalang Bumi Siliwangi: Salakon Dua Dalang, dengan judul lakon “Wiyata ing Wirata” ini, dilakukan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Katumbiri FPBS UPI. Pertunjukan Wayang Golek digelar karena diyakini mememiliki nilai perjuangan, nilai pengorbanan, dan nilai religi yang tinggi.

“Pertunjukan Wayang Golek ini bisa dikatakan sabagai obat penawar rindu bagi para penikmat wayang golek di lingkungan UPI yang hadir menonton secara langsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai upaya pelestarian seni budaya tradisi bangsa melalui Pertunjukan Wayang Golek yang diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian, kesadaran, dan peran aktif masyarakat umum, serta civitas akademika dalam melestarikan, mengembangkan dan mempublikasikan kekayaan seni budaya tradisional,” ujarnya.

Pertunjukan Wayang Golek ini juga dijadikan sarana untuk memberikan informasi dan publikasi seluas-luasnya kepada masyarakat tentang seni tradisional Wayang Golek sebagai sebuah inspirasi kreatif dalam pengembangan seni tradisional di tengah-tengah seni modern. Ini juga dapat memberikan pengayoman yang komprehensif dan berkelanjutan bagi kesenian Wayang Golek sebagai aset budaya bangsa.

Mahasiswa sebagai generasi muda yang terpelajar menjadi elemen yang juga harus ikut berperan dalam pelestarian seni dan budaya, khususnya wayang golek ini. Dengan inovasi dan kreativitas yang tinggi, mahasiswa dapat mengemas seni tradisional ini untuk dipertunjukkan ke masyarakat umum dengan lebih menarik. Melihat potensi-potensi yang ada dalam diri mahasiswa saat ini, khususnya dalam bidang seni wayang golek, diharapkan dapat menjembatani terciptanya generasi muda yang sadar akan seni dan budaya tradisonal.

Pertunjukan Wayang Golek ini diharapkan dapat dijadikan sebagai stimulasi bagi masyarakat umum sebagai usaha untuk memanfaatkan event ini menjadi ajang untuk berpromosi sekaligus turut berpartisipasi dalam mempertahankan nilai-nilai sejarah, seni dan budaya juga sebagai salah satu bukti nyata dalam usaha untuk mempertahankan dan mengangkat kembali kekayaan seni dan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur yang sudah melekat sebagai karakter dan ciri orang Sunda masa lalu, kini dan masa yang akan datang.

Dr. Yatun kembali menegaskan bahwa Shildam Wawan Dede Amung Sutarya dan Candra Nugraha Setiawan telah memiliki dasar-dasar Seni Pedalangan sebelum mengenyam pendidikan di Prodi Pendidikan Bahasa Sunda FPBS UPI.

Diungkapkannya,”Lebih dari itu, bahkan setelah keduanya sudah menjadi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Sunda, kemampuannya semakin terasah, hal ini disebabkan selain belajar secara otodidak, mereka berdua juga memperoleh ilmunya di dalam perkuliahan.”

Di sela-sela perkuliahannya, keduanya juga sering diundang oleh berbagai instansi maupun masyarakat umum untuk melakukan pentas pagelaran wayang golek, sehingga kemampuannya semakin terasah.

“Alasan utama keduanya diminta untuk tampil dihadapan sivitas akademika UPI adalah untuk menunjukan kemampuannya di dalam mempertunjukan seni wayang golek kepada sivitas akademika UPI sehingga pihak internal pun mengetahuinya dan bisa mengapresiasinya,” ungkapnya.

Diharapkan, ujarnya lagi, UPI bisa lebih sering untuk menggelar pertunjukan-pertunjukan seni untuk mengoptimalkan potensi-potensi para mahasiswanya. Ini juga sebagai bentuk rekognisi mahasiswa dan lembaganya yaitu UPI.  (dodiangga/foto:riza)