Indonesia Hadiri Konferensi Gastronomi Unitwin-Unesco di Barcelona
|Laporan DEWI TURGARINI dari Spanyol
Pada 16-20 Juni 2014 dilaksanakan konferensi internasional yang dilaksanakan jaringan dewan UNESCO-UNITWIN dengan tema “Culture, Tourism, Development: Tourism and Gastronomi Heritage-Foodscapes, Gastro Regions and Gastronomy Tourism. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Magna Fakultas Geografi dan Sejarah Universitas Barcelona di Jalan Montealegre, 6 lantai 4 08001 Barcelona Catalonia negara Spanyol.
Dunia Sadar Pentingnya Pembangunan Budaya Gastronomi
Beberapa topik menarik disampaikan kepada para peserta dari 45 negara tentang pembangunan pariwisata budaya gastronomi di dunia. Seperti yang dipaparkan oleh para pembicara pada 16 hingga 18 Juni 2014, yaitu 1) Pepa Aymamí Direktur Catalan Institute of Cuisine and Gastronomy Culture/ Koordinator Proyek Kandidat “Catalan Cuisine” yang memaparkan “Safeguarding culinary heritage in Catalonia” yang didaftarkan untuk Good Practices of Intangible Cultural Heritage oleh UNESCO. 2) Artur Duart Direktur Tricentenari Office dan Direktur Magma Cultura). 3) Dr Maria Gravari Barbas, Direktur, Dewan UNESCO “Culture, Tourism, Development”, dan Kordinator Bidang UNTWIN, serta Direktur IREST Universitas Panthéon Sorbonne Paris. 4) Marian Muro, Direktur Jendral “Tourism, Generalitat of Catalonia” dan Vice President the Catalan Tourism Board. 5) Joan Pluma Direktur Catalan Agency for Cultural Heritage/ General Director of Archives, Libraries, Museums and Heritage pemerintahan Catalonia. 5) Josep Maria Pelegnirí, Kementrian Pertanian, Peternakan, Makanan, Pemerintah / President Yayasan Diet Mediterania/ Ketua nominasi “Catalan Cuisine – Safeguarding culinary heritage in Catalodidaftarkan ke “ Good Practices of Intangible Cultural Heritage UNESCO”. 6) Dr Xavier Medina, Direktur, UNESCO Bidang Pembangunan Makanan, Budaya Universitas Terbuka Catalonia. 7 )Dr Marius Rubiralta, Direktur Makanan Kampus Torribera Universitas Barcelona. 8) Dr Antoni Riera, Universitas Barcelona / Catalan Studies Institute dengan topik “Barcelona, an excellence gastro-region and gastronomy destination: The gastronomic tourism in the municipalities and counties of Barcelona. 9) Manel Casanovas, dari Barcelona Tourism Board.
Lalu tak henti penulis mengamati para gastronome memaparkan kerja kerasnya dalam mengupas dan membangun gastronominya, yang tentunya menjadi batu loncatan bagi bangsa Indonesia untuk lebih serius memperhatikan budaya gastronominya sebagai modal pembangunan ekonomi dan pariwisatanya. Seperti yang dilakukan pula oleh 1) Toni Massanés, dari Yayasan Alicia.t 2) Francesc Vilà, Direktur Departemen Pariwisata Pemerintah Propinsi Barcelona dengan topik “Exeriences and good practices in tourism and gastronomic heritage of Catalonia. 3) Alba Espargaró dari Museum Maritime Barcelona Shipyard Consortium “Cooking Cultures. Raval cultures and maritime gastronomy heritage.” 4) Magda Gassóri, dari Catalan Agency for Cultural Heritage, dan Maria Angeles Perez Samper, Universitas Barcelona dengan tema “Catalan Cuisine of Seventeen Century. 5) Xavier Roger, Kordinator Program Pemerintah Propinsi Barcelona dengan tema “Park at Table: Natural Parks, Food Heritage and Gastronomy Tourism. 6)
entre for Rehabilitation: producte line related with gastronomy”. 7) Olivia Valderrama, direktur d’Olivia Hotels dengan tema “”Wine Routes in Spain”. 8) Joan Ras Presiden, Catalan Akademi Gastronomi dan Nutritisi dengan tema “Mediterranean Culinary Academy.” 9) Dr. Maria Gravari Barbas, Université Paris 1 Panthéon – IREST Sorbonne/UNESCO Bidang Culture, Tourism, Development dengan tema “Winescapes : heritage, tourism and local-global image”. 10) Donna J. Karen, NYC & Co./ Universitas Columbia Amerika Serikat dengan tema “Notes on engagement and experience: culinary tourism in the global city”. 11) Sidney Cheung, Universitas Cina Hong Kong, Cina dengan tema “Heritage Tourism as a kind of Knowledge Transfers”. 12) Javier Laviña, CINAF dari Universitas Barcelona dengan tema “El Ron: No conocemos el principio pero si el final”
13) Dr Antonio Montecinos, dari CEHAGO, Mexico dengan “Sustainable Gastronomy Tourism Planning. Model of Food Safety and Regional Development”. 14) Dr Carlos Fernandes, Polytechnic Institute of Viana do Castelo / ATLAS Portugal dengan tema “Between Conservation and Innovation – Creating New Prospects for regional gastronomy”
15) Jose Manuel Iglesias dari World Gastronomy Institute / Spanish Cuisine Selection dengan tema “Ethics in gastronomy journalism”. Selanjutnya dilaksanakan paparan project yang dilaksanakan dalam bidang Gastronomy yaitu heritage and tourism: Experiences and best practices in Europe dengan menghadirkan pembicara 16) Manos Vougioukas, Kordinator Proyek CHARTS 17) Dr. Jordi Tresserras dari Universitas Barcelona/Ibertur, dan Proyek CHARTS.
Indonesia Tunjukan Kekayaan Budaya Gastronomi Indonesia di Dunia
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pun mengirimkan delegasi dalam konferensi internasional tersebut dengan mengirimkan Vita Datau (Ketua Eksekutif), dan Dewi Turgarini (Divisi Pendidikan Formal) dari Akademi Gastronomi Indonesia (AGI). Vita Datau mengungkapkan upaya organisasinya dan Kementrian Pendidikan Kebudayaan menghadirkan karya riset pada konferensi ini sangat signifikan dan efektif dalam mengenalkan budaya gastronomi tradisional Indonesia. Pertama dalam konferensi ini hadir para peserta dari pemerintah, industri dan para akademisi dari 45 negara yang bekerja keras dalam memberikan karya terbaik dalam mengenalkan gastronomi di negaranya. Kemudian melalui presentasi yang dipaparkan para peserta dapat menjadi sarana belajar bagi bangsa Indonesia untuk membangun gastronomi agar lebih baik lagi dengan membuat positioning dengan negara lainnya.
Pada 17 Juni 2014 Dewi Turgarini di Ruang 404 yang membahas tema “Scientific Conference on Sustainable Tourism – Managing sustainable tourism : attraction planning, heritage and gastronomy.” Memaparkan hasil penelitian yang berjudul “Pembangunan Gastronomi Tradisional di Indonesia.” Dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara multikultural yang terdiri dari 300 suku yang memiliki keragaman budaya misalnya bahasa, agama, kebiasaan sosial, musik, seni, keahlian memasak termasuk masakan, dan sebagainya. Budaya gastronomi itu sendiri dapat menjadi sumber daya pariwisata. Oleh karena itu, apabila pemerintah Indonesia ingin meningkatkan jumlah wisatawan ke Indonesia. Maka harus mencari cara untuk memberikan daya tarik wisata baru yang menarik, di samping candi, artefak, situs dan lainnya. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kebijakan pemerintah dalam mendorong pengembangan keahlian memasak di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan teknik survei untuk mengumpulkan data primer dan sekunder. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan 200 wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata di Indonesia. Selain itu, penulis mengirimkan kuesioner melalui email ke 200 stakeholder keahlian memasak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diluncurkan sejumlah ikon kuliner tradisional oleh pemerintah Indonesia, terlihat telah membantu pemahaman tentang budaya masakan Indonesia. Namun, ikon ini tidak bisa dikatakan untuk mewakili etnis dan budaya mereka di Indonesia sehingga perlu telah diciptakan kembali dan direkayasa ulang. Selain itu, pengembangan budaya kuliner tradisional di Indonesia tidak dapat mengesampingkan ilmu keahlian memasak. Dengan demikian, pengembangan budaya kuliner tradisional Indonesia bukan hanya tentang rasa, mudah diperoleh atau dikenal oleh masyarakat luas, tetapi juga memilih, menyiapkan, melayani, menemukan, mengalami, meneliti, memahami, menulis dan menikmati makanan enak.
Bercermin Dari Atraktifnya Budaya Gastronomi di Barcelona
Rangkaian kegiatan konferensi tersebut bukan hanya menampilkan karya riset dan pembangunan pariwisata dari budaya gastronomi di dunia, namun juga memberikan kondisi nyata bagaimana kota ini mengemas kelezatan dan keindahan budaya gastronomi di kotanya. Sejak 15 Juni 2014 para peserta diberikan kesempatan untuk menikmati “Festival Kuliner La Rambla”, di Kota Barcelona yang melibatkan partisipasi 42 restoran terbaik, bar and bakeri di kota ini.
Kemudian para peserta pun menghadiri Welcome Dinner Cocktail Catalan cuisine di Fàbrica Moritz Barcelona Jalan Espai Gastronòmic Ronda Sant Antoni, 41
Barcelona. Diantara padatnya jadwal konferensi peserta menikmati acara makan siang bersama di Pati de les Escultures (Sculptures Yard) antara Centre de Cultura Contemporània de Barcelona dan Museu d’Art Contemporani Barcelona di MACBA Montalegre, 5. Barcelona. Terakhir pada 19 Juni 2014 para peserta pun mengikuti acara berwisata Barcelona Gastronomy Walking Tour, dan ada diikuti acara makan malam penutupan dengan menikmati masakan Mediterranean yang dihidangkan oleh Maritime Museum of Barcelona.
Berdasarkan pengalaman tersebut astas maka tentunya bangsa Indonesia harus sadar bahwa bangsa-bangsa di dunia sudah melaksanakan aksi cepat dalam mengembangkan, membangun dan melestarikan budaya gastronominya sebagai suatu bidang yang dapat meningkatkan kesejahteraan bangsanya secara berkelanjutan. Oleh karenanya para gastronome yaitu pemerintah, industri, akademisi segera bangunlah dari tidur nyenyak selama ini, dan lakukan secara seoptimal mungkin membuat budaya gastronomi tradisional kita dapat membahana di dalam pendidikan budaya di dalam keluarga, komunitas, regional, nasional hingga menjadi dikenal ke mancanegara. Jangan menunggu, lakukan apa yang kita bisa, karena apabila dilakukan secara kontinyu dan simultan maka secara nasional tentunya akan memberikan hasil yang optimal bagi bangsa ini (Penulis adalah Divisi Pendidikan AGI/Dosen Program Studi Manajemen Industri Katering FPIPS UPI/Kandidat Doktor Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada)