Kabar dari Perancis (9) Hidup Bersama Jaminan Sosial di Perancis (1)
|Oleh : Nenden Nurhayati Issartel (Koresponden, Perancis)
Tri Indri Hardini (Dosen, Universitas Pendidikan Indonesia)
Komponen “Keluarga” di Jaminan Sosial merupakan faktor penting dalam kemampuan keluarga untuk membiayai kesehatan dan pendidikan anak. Tunjangan keluarga disesuaikan setiap tahun dengan pendapatan keluarga setidaknya setiap tahun; misalnya karena inflasi harga menjadi naik, bantuan bagi keluarga tersebut ditingkatkan, atau kalau sebuah keluarga memperoleh pendapatan tinggi, bantuan tersebut bisa dikurangi atau bahkan dihapus.
Untuk mempermudah pemahaman dari hukum-hukum yang dikeluarkan pemerintahan Perancis di sepanjang zaman, yang pengertiannya dan penerapannya kadang tidak terlalu jelas untuk dimengerti karena terlalu kompleks dan banyak ragamnya, kami mengilustrasikannya dengan kisah hidup Laurence sebagai seorang warga negara Perancis dan menempatkannya dalam kaitannya dengan Jaminan Sosial di Perancis, dimulai dari kelahirannya sampai usia tua.
Masa Kanak-kanak dan Remaja
Lahir pada tahun 1960 dan sebagai anak kedua, Laurence tahu di kemudian hari, tentu saja, bahwa kelahirannya memungkinkan orang tuanya, selain mendapat tunjangan sebelum melahirkan, juga memperoleh pendapatan tambahan, meskipun kecil, dari badan tunjangan keluarga, untuk membantu pengurusan anak-anak sejak usia dini, selama mereka belum bisa mandiri membiayai kehidupannya. Laurence beruntung memiliki masa kanak-kanak tanpa masalah kesehatan, kecuali penyakit biasa yang menghinggapi anak-anak seusianya, yang tentu saja biaya pengobatannya (konsultasi dokter dan obat) diganti (jadi tidak mengeluarkan sepeser pun dari saku orang tuanya untuk biaya berobat).
Masa Kehidupan Aktif dan Berkeluarga
Setelah Laurence mencapai usia dewasa (18 tahun), lalu ia melanjutkan studi selama tiga tahun dan sebagian biaya studi dibiayai dengan melakukan “pekerjaan” mahasiswa (menjadi pengasuh (baby sitter), bekerja di restoran, atau memberi les) di masa-masa liburannya selama 3 tahun masa kuliah ini.
Keberuntungan terus tersenyum padanya karena Laurence mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Meskipun terjadi krisis ekonomi tahun 1970, Laurence kemudian menikah dengan Bernard dan mereka memiliki anak pertama, Caroline, pada tahun 1985. Pemeriksaan sebelum melahirkan yang dia lakukan dengan dokter kandungan dan tunjangan terkait dengan kelahiran adalah kesempatan kontak pertama Laurence dengan Jaminan Sosial.
Perubahan akomodasi juga merupakan kesempatan bagi keluarga untuk mendapatkan manfaat dari tunjangan perumahan. Caroline dapat belajar kehidupan bersosialisasi berkat tempat di crèche (taman balita), yang diperoleh dengan cukup cepat sehingga Laurence dapat kembali bekerja dengan cepat. Orang tua Caroline tidak menyadari bahwa crèche ini mendapat bantuan subsidi “penyediaan layanan”, yang dibiayai oleh dana aksi sosial CAF -Caisse Allocation Familiale (Badan Bantuan Keluarga).
Crèches adalah tempat penitipan anak, di tempat tinggal penjaga anak atau di rumah yang beralih fungsi berkat bantuan yang diberikan secara kolektif, misalnya kepada sekolah balita atau individu, misalnya untuk sebuah keluarga yang memperkerjakan seorang penjaga dan pengasuh anak di rumah. Kedua tempat ini dapat menjadi alternatif untuk menjaga anak dan tentu saja dapat memudahkan aktivitas profesional seorang ibu dan mendukung pilihan aktivitas ganda dalam keluarga (sebagai ibu dan juga sebagai pencari nafkah).
Dengan demikian ada tiga alternatif agar seorang anak dapat penjagaan (di luar lingkungan keluarga atau teman).
- Anak dititipkan di Creches : tempat penjagaan anak dari usia 0-3 tahun dan dijaga oleh orang-orang yang terlatih untuk menjaga anak.
- Mendatangkan pengasuh (baby sitter) yang datang ke rumah keluarga untuk menjaga anak. Banyak perempuan-perempuan muda mengikuti program fille au pair yang datang dari negara-negara lain dan bekerja sebagai penjaga anak (beberapa anak) di sebuah keluarga.
- Anak dititipkan di rumah seseorang yang memiliki sertifikat sebagai penjaga anak.
Laurence memiliki kakak laki-laki dan kakak laki-laki ini memiliki anak yang menderita cacat serius sehingga dengan terpaksa ibunya (kakak ipar Laurence) berhenti bekerja karena harus menemani dan mengurus anaknya. Tunjangan pendidikan khusus untuk anak tersebut diberikan oleh CAF. Konsekuensi dari keharusan berhenti bekerja ibu ini adalah mendapat hak pensiun selama tiga bulan yang ditambahkan ke periode asuransinya, dan hak pensiun ini disejajarkan dengan asuransi hari tua untuk orang tua yang tinggal di rumah. Setelah dewasa, anak ini mendapat gaji dari tunjangan cacat bagi orang dewasa berkat adanya Undang-undang tanggal 30 Juni 1975 tentang penyandang cacat yang merupakan kemajuan langkah sosial yang penting. Undang-undang tersebut mengakui hak-hak penyandang cacat dalam masyarakat dan memberi mereka bantuan untuk mendorong kemandirian tertentu (yang tentunya terbatas) dan memberi mereka peluang integrasi profesional yang lebih baik. Undang-undang ini pun memberikan perhatian untuk lansia. Rumah jompo diubah menjadi panti jompo yang dilengkapi dengan perawatan kedokteran. Jadi Undang-undang yang mendukung orang cacat ini merinci dua bantuan yang mendukung anak di bawah umur dan orang dewasa, yang bertujuan di satu sisi untuk membantu keluarga dan membiayai masa tinggal mereka di suatu badan penampungan untuk mereka bagi anak di bawah umur, dan untuk memastikan kemandirian keuangan orang cacat tersebut ketika dewasa dan menyiapkan kondisi yang lebih baik untuk integrasi profesional mereka.
Pada tahun 1988, Laurence dan Bernard memiliki anak kedua mereka, Nathan. Bernard agak ragu untuk berhenti bekerja selama setahun demi membesarkan anak-anak karena situasi profesional Laurence terlalu berisiko untuk berhenti bekerja sementara. Di Perancis, adanya tunjangan orang tua untuk mendidik memungkinkan salah seorang dari suami atau isteri memilih untuk berhenti bekerja demi membesarkan anak sampai anak berusia tiga tahun. Setelah anak berusia tiga tahun lebih, anak dapat dimasukkan ke sekolah taman kanak-kanak. Jadi Bernard, begitu berhenti bekerja untuk memusatkan waktunya mengurus Nathan bayi, dia tetap mendapat uang berupa tunjangan (namanya L’allocation parentale d’éducation: Tunjangan Orang tua pendidik) dari pemerintah.
Berhubung Laurence dan Bernard memutuskan untuk berhenti menyewa apartemen dan membeli tempat tinggal yang lebih cocok untuk keluarga kecil mereka, jadi Bernard membatalkan niatnya untuk berhenti bekerja sementara karena Bank lebih mudah memberi pinjaman pada sebuah keluarga jika suami dan istri dari keluarga itu bekerja. Mereka berpikir kalau mereka punya rumah sendiri, walaupun mereka tidak mendapat tunjangan lagi, mereka tetap dapat menerima tunjangan perumahan karena mereka ini adalah pembeli pertama kali tempat tinggal mereka. Tunjangan ini dinamakan APL (Aide Personalisé au Logement- Tunjangan perumahan baru. Tujuan dari tunjangan ini adalah agar setiap orang memungkinkan untuk menemukan akomodasi dalam kondisi yang baik.
Jika Laurence dan Bernard ingin mendapatkan bantuan keuangan untuk mengurangi jumlah sewa (atau biaya beli di suatu tempat) suami isteri ini dapat memanfaatkan keuntungan dari tunjangan APL ini namun tentu saja mereka harus memenuhi persyaratan tertentu dan prosedurnya bisa dilihat di website tentang APL. Bantuan untuk mendapatkan tempat tinggal ini akan disesuaikan dengan kondisi keuangan dan rumah tangga mereka.
Bernard dan Laurence tidak bisa mendapatkan tempat di crèche untuk Nathan karena penuh dan akhirnya mereka memperkerjakan seorang pengasuh (baby sitter). Iuran jaminan sosial untuk pengasuh ini dibayar tunjangan pengasuhan anak di rumah. Jadi mereka hanya membayar gaji bersih untuk pengasuh ini.
Jika masa kanak-kanak dan remaja Caroline dan Nathan berlangsung tanpa kecelakaan atau sakit parah, biaya kesehatan mereka seperti kontrol rutin kesehatan, perawatan gigi dan mata, misalnya, akan ditanggung oleh Jaminan Sosial.
Pada tahun 2008, Caroline harus pergi ke kota Paris dan meninggalkan rumah orang tuanya untuk memulai kuliah di universitas. Untuk penyewaan kamar kosnya, Caroline punya hak untuk mendapatkan tunjangan perumahan siswa.
Pada tahun 2010, Laurence menerima pernyataan tentang perjalanan karirnya dari Carsat (Les caisses d’assurance retraite et de la santé au travail– Badan Asuransi pensiunan dan kesehatan kerja). Dia merasa kaget dan gembira karena dari pekerjaan serabutan yang dilakukannya selama 35 tahun yang lalu diperhitungkan dalam hitungan kuartal. Jadi dia mendapat 4 kuartal masa pensiun dan hal ini lebih dari yang diperhitungkannya. Secara keseluruhan. Jika dilihat lebih dekat, dengan mengurus kedua anaknya ditambahkan 16 perempat lagi padanya. Kesimpulannya dia bisa mengambil pensiun lebih cepat dari sangkaannya.
Pada tahun 2010 lahir Undang-undang reformasi pensiun 9 November 2010, yang diajukan oleh Menteri Eric Woerth. Undang-undang ini menaikkan usia pensiun dari 60 menjadi 62 tahun dan juga berisi tentang ketentuan yang bertujuan untuk mendekatkan bidang yang berbeda (pegawai negeri, bidang pekerja khusus) dengan bidang pekerjaan umum yang lainnya dan bidang pekerjaan yang mirip.
Pada 2012, ayah Laurence meninggal. Setelah selama bertahun-tahun, dengan perawatan opname yang sering berulang-ulang, beliau menderita penyakit kronis yang perawatannya dan pengobatannya diperlukan biaya sangat tinggi yang ditanggung oleh Badan “penyakit jangka panjang” (ALD: Affection de longue duréé). Istrinya, ibunya Laurence, yang hanya memiliki pensiun yang sangat rendah, diberi pensiun sebagai ahli waris, dengan dasar hitungnya dari hak pensiun suaminya yang memiliki beberapa asuransi lain yang polisnya dibayar sang suami semasa hidupnya. Ibu ini pindah tempat tinggal agar lebih dekat dengan Laurence dan Bernard.
Kondisi kesehatan dan kerapuhan Ibunya yang berusia lanjut diperiksa dan dianalisis untuk mengetahui apakah Ibu renta ini dapat melakukan kegiatan kehidupan sehari-hari secara mandiri tanpa bantuan. Setelah itu petugas kesehatan mempertimbangkan dan memutuskan perlu tidaknya Ibu ini menerima bantuan. Sebelumnya tentu saja Laurence menghubungi Departemen Aksi sosial Carsat untuk mendapatkan penilaian (grid Aggir) mengenai keadaan ibunya. Setelah pemeriksaan terhadap Ibunya, Carsat memberi bantuan dalam bentuk voucher layanan kerja untuk membayar beberapa jam kerja per minggu seorang pembantu rumah tangga khusus untuk ibunya.
Pada tahun 2015, di ulang tahunnya yang ke-55, Laurence menerima analisis perkiraan indikatif keseluruhan (EIG : Estimation Indicative Globale) yang dikirimkan kepadanya dan yang mencakup berbagai komponen pensiunnya (dana setoran umum, setoran atau iuran tambahan). Dari hasil analisis EIG, ia dapat mengambil masa pensiun pada usia 62 tahun kecuali jika ada penggantian UU baru mengenai usia pensiun.
Perkiraan indikatif keseluruhan (EIG) dibuat oleh Conseil d’Orientation des Retraites (Penasihat Orientasi Pensiun) sebagai bagian dari Perubahan Hukum pensiun Fillon tahun 2003. EIG adalah dokumen yang merangkum karier seseorang dalam berbagai setoran iuran dasar dan juga tambahan yang telah dibayar seseorang selama masa kerjanya. EIG ini hanya diberikan kepada mereka yang berusia di atas 55 tahun, yang memungkinkan segala hal mengenai pensiunnya dapat dihitung, misalnya memperkirakan jumlah usia pensiun usia legal pensiun, usia tarif penuh, atau usia maksimum. (Bersambung).