Legislatif Fair 2021 UPI Kampus Cibiru: Anggota Komisi VII DPR Serukan Transformasi Gerakan Mahasiswa di Era 4.0

Bandung, UPI

“Gerakan mahasiswa telah beralih dari aktivis ke netivis”, ujar Eddy Soeparno selaku legislator yang duduk sebagai anggota Komisi VII DPR-RI. Pernyataan tersebut disampaikan Eddy mengisi kegiatan Legislatif Fair 2021 yang diselenggarakan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UPI Kampus Daerah Cibiru secara daring (30/10/2021).

Dirinya melanjutkan bahwa netivis merupakan istilah yang muncul seiring dengan menjamurnya media sosial di kalangan masyarakat. “Netivis adalah istilah yang tepat untuk menggantikan aktivis di era 4.0.”, ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR itu.

Menurtnya, netivisme merupakan gerakan mahasiswa yang cukup menjanjikan. Gerakan ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara yang salah satunya adalah unjuk rasa melalui petisi daring.

“Petisi daring dapat betul-betul menggantikan gerakan aksi jalanan sebagai cara mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya”, ujar Eddy. Dirinya pun menilai petisi daring merupakan cara yang sangat efektif bagi gerakan mahasiswa di era-4.0.

Hal tersebut tidak terlepas dari kebergantungan yang tinggi dari generasi milenial terhadap internet. “Delapan dari sepuluh milenal terkoneksi dengan internet”, tegasnya, sehingga internet menjadi sebuah sarana yang sangat penting.

Di samping sarana internet, legislator dari Dapil III Jawa Barat tersebut juga menyerukan pentingnya landasan yang tepat bagi mahasiswa dalam melakukan gerakan. “Kita perlu kritis dalam berpikir, taktis dalam bertindak, serta mendasarkan segala aspirasi secara akademis”, terangnya.

Selain itu, Eddy pun menambahkan akan pentingnya moral kompas agar dimiliki oleh mahasiswa. Dirinya meyakini landasan-landasan tersebut selanjutnya dapat mencetak legislator-legislator yang berintegritas.

Keyakinan tersebut sekaitan dengan harapan yang disampaikan Rektor UPI, Prof. Solehuddin, M.Pd., M.A., dalam sambutannya bahwa “Diharapkan ke depan dapat terlahir legislator-legislator bertintegrtas dan berkarakter”, sebutnya. Solehuddin pun beriktikad bahwa harapan tersebut dapat kemudian menyongsong terwujudnya Indonesia Emas 2045. (Kevinadya, Jurnalistik 2019)