LPPM UPI Siapkan 2 Inovasi Pengelolaan Sampah

Bandung, UPI

Setelah berhasil dengan program pemilahan sampah, ada hal yang masih harus diperhatikan lagi. Sampah yang ada di rumah tidak bisa bergerak sendiri, harus diambil. Kendalanya, banyak rumah-rumah yang tidak bisa dilalui oleh mobil pengangkut sampah. Berdasarkan hal tersebut, LPPM UPI memiliki inisiatif untuk membuat motor sampah yang bisa masuk ke lorong-lorong rumah. Motor ini harus ada yang menjalankan, dan orang yang menjalankannya harus diberikan insentif. Berikutnya, LPPM UPI juga akan membuat mesin pencacah sampah basah untuk bisa menjadi kompos.

Pernyataan tersebut disampaikan Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr. Yadi Ruyadi, M.Si., saat mendampingi Direktur Pembelajaran pada Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP., yang tengah melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksaan KKN Tematik CItarum Harum di Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (22/6/2019).

Diceritakan Sekretaris LPPM UPI,”Ketika sampah datang ke lokasi incinerator ternyata menimbulkan problem. Problemnya adalah sampah basah dan sampah kering tercampur. Hal tersebut membuat para pengelola incinerator mengalami kesulitan dalam mananganinya, sehingga harus melakukan pemilahan, dan karena jumlahnya banyak, ini cukup menyulitkan, membutuhkan waktu dan orang banyak. Kita coba tangani supaya tidak terjadi lagi sampah yang tercampur di TPA sebelum masuk incinerator. Setelah diteliti ternyata sumbernya dari rumah, seharusnya sejak di rumah sudah terjadi pemilahan sampah, diharapkan ada perubahan mindset seluruh anggota keluarga di rumah tentang bagaimana memilah sampah.

Untuk mendukung perubahan mindset ini, diperlukan 2 faktor. Pertama, adanya fasilitas tempat sampah yang berbeda peruntukannya, satu untuk sampah basah dan satu untuk sampah kering. Kedua, harus memiliki keuntungan dalam proses pemilahan sampah ini, oleh karena itu diperlukan bank sampah. Bank sampah ini akan merubah mindset masyarakat, yang bisa mengkonversikan sampah menjadi uang. Bukan tidak mungkin masyarakat diberikan reward atas usahanya itu. Reward diberikan oleh pemerintah, sumbernya bisa saja dari hasil pengelolaan sampah. (dodiangga)