Mendapatkan Pendanaan, Tim PKM-RSH UPI Meneliti Kebudayaan Unik Pada Kampung Adat Cireundeu
|Bandung, UPI – Tim PKM-RSH UPI melalui program yang diselenggarakan Kemdikbudristek yaitu Program Kreatif Mahasiswa (PKM) pada bidang Riset Sosial Humaniora tahun 2023 mendalami penelitiannya di Kampung Adat Cireundeu. Riset yang dilakukan membawa banyak fakta unik akan kebudayaan yang dimiliki Kampung Adat Cireundeu di mana nasi tidak dijadikan sebagai makanan pokok masyarakatnya, melainkan singkong yang diolah menjadi rasi. Pendalaman penelitian dilakukan setelah Tim PKM-RSH UPI ini mendapatkan pendanaan untuk riset lebih lanjut.
Beranggotakan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai program studi, mereka memadukan keahlian dari setiap prodi untuk mendukung jalannya penelitian. Tim diketuai oleh Abijar As’adillah Sudrajat (Ilmu Komunikasi, 2021) dengan anggota Wilda Riva Fadhilah (Ilmu Komunikasi, 2021), Sansa Bunga Agista (Pendidikan Sosiologi, 2020), Willy Putra (Ilmu Komunikasi, 2022), serta Putri Ayu Salamah (Manajemen Pemasaran Pariwisata, 2022).
Dalam Riset bertajuk “Teu Nyangu Asal Dahar: Etnografi Komunikasi Masyarakat Adat Cireundeu Dalam Menjaga Ketahanan Pangan Dan Pengembangan Ecotourism.” Abijar dan tim mengangkat Etnografi sebagai kajian penelitiannya sehingga mengharuskan mereka untuk bisa menyatu dengan kebudayaan di Kampung Adat Cireundeu serta masyarakat di dalamnya. Selama beberapa hari, Abijar dan tim mengikuti tradisi rutin tahunan bernama Tutup Taun Ngemban Taun yang saat itu sedang berlangsung. Hal-hal seperti persiapan acara, upacara adat, dan tradisi lainnya pun diikuti oleh mereka.
Dalam berlangsungnya penelitian, Abijar dan tim turut melibatkan pihak-pihak lain seperti kepala adat, pemuda-pemudi, serta tetua yang ada di sana sebagai objek dan pendukung untuk mendapatkan apa yang dicari seperti bagaimana konsep ketahanan pangan yang berlaku di kampung adat Cireundeu, komunikasi apa yang digunakan oleh para leluhur untuk memastikan tradisi yang dimiliki bisa diturun-temurunkan sehingga tidak musnah, apa nilai dan esensi dari kebudayaannya, serta bagaimana mereka menjadikan keunikan yang dimiliki sebagai daya tarik wisatawan untuk menunjang sistem ekonomi pada kampung adat Cireundeu.
Selain kebudayaan dalam pengelolaan pangan, Abijar dan tim menemukan bahwa masyarakat adat Cireundeu memiliki pembagian tata lahan hutan. Hutan dibagi ke dalam beberapa bagian seperti hutan leuweung larangan yang sempat dieksplorasi oleh Abijar dan tim. Hal baru lagi-lagi ditemukan di dalamnya seperti tidak boleh menggunakan alas kaki apapun untuk bisa masuk ke dalam hutan dan menaiki gunungnya—puncak salam.
“Setelah kami ikut berkontribusi dalam acara tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat adat Cireundeu sebagai bentuk rasa syukur dan harapan untuk sebuah keberlanjutan, kami mencoba untuk menggali lebih dalam bagaimana tata letak lahan yang selama ini diterapkan serta mengenal dan lebih mendekatkan diri kepada masyarakat setempat sehingga banyak sekali hal-hal baru dan unik yang kami dapatkan.” terang Abijar pada rabu, (13/9).
Selain berkompetisi dalam ajang PKM, Abijar dan tim mengaku bahwa mereka sangat tertarik dan memiliki antusiasme yang tinggi pada risetnya di kampung adat Cireundeu. Hidup berdampingan bersama masyarakat setempat bukan hanya sekedar menuntaskan etika dan keharusan dalam penelitian etnografi, mereka merasakan bahwa keragaman budaya yang dimiliki oleh kampung adat Cireundeu serta masyarakatnya tidak boleh hilang ditelan zaman, namun perlu dilestarikan. (Teks & Foto: Willy Putra, Kontributor Berita UPI)