200 Peserta,Ikuti Seminar Nasional PPG Pendidikan Khusus

Bandung, UPI

Kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pendidikan Khusus yang diselenggarakan di auditorium lantai 10 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (FIP UPI) sukses dihadiri oleh 200 peserta (Kamis, 5 Juli 2023). Acara tersebut menghadirkan keynote speaker, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., pemateri Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Prof. Dr. Endang Rochyadi, M.Pd. dan Dr. Yuyus Suherman, M.Si.

Keynote Speaker dari Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., yang hadir secara daring presentasi yang berjudul “Mengungkap Peran Guru Transformatif dalam Membangun Pendidikan Abad ke-21″. Prof. Dr. Rochmat Wahab membuka dengan pengantar tentang kemajuan zaman dewasa ini dan pentingnya inovasi dalam pendidikan. Ia menekankan bahwa keberhasilan inovasi sangat ditentukan oleh sistem pendidikan dan kualitas pendidik/guru.

Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A menyampaikan tentang pentingnya kehadiran guru transformatif di era norma baru yang mengalami perubahan pesat. Guru transformatif diharapkan dapat menjadi pemimpin yang mampu beradaptasi, berkomunikasi, dan menjadi pembelajar yang visioner dalam menghadapi perubahan zaman. Dalam konteks pendidikan abad ke-21, Prof. Dr. Rochmat Wahab juga membahas tentang inovasi spirit pendidikan yang melibatkan kualitas guru dan siswa. Ia menyajikan karakteristik guru dan siswa abad ke-21, seperti kemampuan beradaptasi, kreativitas, kolaborasi, dan kecerdasan sosial.

Dalam era revolusi industri 4.0, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. menggarisbawahi bahwa pendidikan harus menghadapi tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh teknologi. Ia menyajikan beberapa pilar revolusi industri 4.0, termasuk autonomous robots, big data, augmented reality, dan lainnya. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. juga menggambarkan bahwa pendidikan 4.0 harus mampu menghasilkan inovasi dan memanfaatkan teknologi secara tepat untuk memajukan proses pembelajaran. Ia menyatakan bahwa pendidikan 4.0 harus memanfaatkan teknologi untuk membangun kolaborasi antara guru dan siswa, serta menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Dalam bagian akhir keynote speech-nya, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A.  menekankan pentingnya guru transformatif dalam pendidikan abad ke-21. Ia mengajak seluruh peserta seminar untuk memahami dan menerapkan konsep pendidikan transformatif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Pemateri yang pertama Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA, dalam membahas pentingnya Pendidikan Khusus dalam menciptakan guru-guru yang transformatif. Ia mengutip hasil dari OECD Future of Education and Skills 2030 yang menyatakan bahwa kualitas guru adalah faktor utama yang mempengaruhi sistem pendidikan. Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA,  juga menyajikan tiga kutipan penginspirasi yang relevan dengan peran Pendidikan Khusus dan pentingnya kualitas guru. Salah satunya dari UNESCO yang menyatakan bahwa kualitas sistem pendidikan tidak akan melebihi kualitas gurunya.

Dalam acara tersebut, juga dibahas mengenai kurikulum dan kompetensi guru. Terdapat beberapa model kompetensi guru yang menjadi acuan, seperti kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA,  menjelaskan bagaimana pembelajaran PPG (Pendidikan Profesi Guru) dilaksanakan dengan pendekatan problem-based learning dan project-based learning, serta mengikutsertakan orang tua/wali murid dan masyarakat dalam pembelajaran.

Dalam konteks PPG, Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA,  juga menyoroti kompetensi guru yang berkaitan dengan pengembangan diri, orang lain, kepemimpinan pembelajaran, pengembangan sekolah, dan manajemen sekolah. Ia menekankan pentingnya kualitas guru dalam menghadapi era pendidikan yang terus berkembang dan berubah.

Pemateri yang kedua yaitu presentasinya, Dr. Yuyus Suherman, M.Si., menyajikan Pendidikan Khusus sebagai sebuah ilmu pendidikan yang lahir dari keyakinan bahwa manusia adalah mahluk yang mampu dididik. Ia menyoroti perkembangan Pendidikan Khusus seiring perubahan filosofinya, termasuk upaya untuk mencapai target pendidikan untuk semua pada tahun 2015 yang dianggap gagal dan kembali ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2030.

Namun, Dr. Yuyus Suherman, M.Si. juga mengungkapkan adanya kesenjangan antara ilmu dan praktek dalam Pendidikan Khusus. Dia menyoroti bahwa ortopedagogik (Pendidikan Khusus) dan pendidikan inklusif telah sering disalahartikan, kehilangan konteks, dan mengalami strategi yang keliru. Selain itu, adanya pandangan sempit dan hanya berfokus pada aspek legal dan praktis dalam pemahaman tentang ortopedagogik, menyebabkan beberapa kesalahartian dalam praktiknya. Sebagai contoh, ortopedagogik sering kali terbatas pada konteks praksis sekolah khusus yang segregatif, dan fokus pada istilah “disability” tanpa mempertimbangkan spektrum keberagaman kebutuhan anak.

Dr. Yuyus Suherman, M.Si. juga menyajikan pandangan tentang guru sebagai pendidik dalam presentasinya. Dia menekankan bahwa guru yang baik bukan hanya memberitahukan dan menjelaskan materi, tetapi juga harus mampu mendemonstrasikan, menginspirasi, dan menjadi figur maha guru bagi siswa. Ia mengutip kata-kata William Arthur Ward yang menyatakan bahwa “Jadilah guru yang baik atau tidak sama sekali.” Presentasi yang disampaikan oleh Dr. Yuyus Suherman, M.Si., berhasil menyoroti esensi dari Pendidikan Khusus dan mencerminkan tantangan yang dihadapi dalam menerapkannya secara efektif.

Pemateri terakhir dari Prof. Dr. Endang Rochyadi, M.Pd. dari Departemen Pendidikan Khusus UPI, menyampaikan bahwa inovasi dan pendekatan transformatif menjadi kunci dalam membangun pembelajaran yang inklusif dan sesuai dengan keberagaman gaya belajar anak-anak dengan beragam disabilitas.

Prof. Dr. Endang Rochyadi, M.Pd. menekankan bahwa keberagaman disabilitas anak memerlukan strategi pembelajaran yang beragam dan inovatif. Guru pendidikan khusus harus menjadi inovator dan pendekat transformatif yang mendorong motivasi serta kreativitas dalam siswa. Proses pembelajaran anak dengan kebutuhan khusus menuntut guru untuk melihat aspek kognitif seperti asosiasi, berpikir, dan penilaian visual, auditoris, kinestetik, haptic, olfactory, hingga gustatory. Dalam konteks ini, Information Processing Model (IPM) menjadi relevan dalam inovasi pembelajaran untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus.

Prof. Dr. Endang Rochyadi, M.Pd.  menyimpulkan bahwa guru pendidikan khusus yang inovatif dan transformatif adalah mereka yang selalu berusaha melakukan perubahan dalam mendesain pembelajaran dengan cara-cara yang inovatif. Dengan semangat tersebut, tercipta proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari, menemukan, dan mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupan.

Seminar ini memberikan wawasan yang berharga bagi para peserta untuk memahami pentingnya peran guru transformatif dalam menghadapi perkembangan pendidikan di era modern. Menerapkan konsep pendidikan transformatif dan menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21 menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. (Meggy)