BAPOMI Jawa Barat Hadiri Sarasehan POMNas XV Sulawesi Selatan 2017

Makassar, UPI

POMNas XV Sulawesi Selatan 2017 menjadi bagian dari pembentukan dan pengembangan karakter serta pembinaan kebangsaan sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah kebangsaan. POMNas bukan sekedar berkompetisi, namun juga sebagai sarana untuk membangun sumber daya manusia.

Demikian ungkap Ketua PP Bapomi saat berdiskusi dalam acara Saresehan POMNas XV Sulawesi Selatan 2017, di Gedung IPTEK Universitas Hasanuddin Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10, Makassar, Sabtu (14/10/2017). Lebih lanjut dikatakan,”Jika melihat arah perjalanan POMNas, akan sangat baik jika memungkinkan dibangun tim kecil yang nantinya akan mengarahkan dan merancang cabang olahraga mana yang berpotensi untuk dikembangkan, dan kemudian bahwa siapapun yang ikut berpartisipasi, maka harus diberikan apresiasi.”

Bagaimanapun jika bicara mahasiswa, katanya lagi, kita juga harus melihat bagaimana peran mahasiswa dalam merawat Bhineka tunggal ika karena saat ini adanya indikasi diradikalisasi dengan nomenklatur, namun itu adalah urusan politik, sementara urusan perguruan tinggi adalah membangun kesadaran ke-Indonesia-an, bangun rasa cinta tanah air, dan jauhkan dari pengaruh  LGBT. Perguruan tinggi bertanggungjawab untuk membangun karakter, dan merumuskan kurikulum apa yang bisa dikembangkan.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Wakil I Ketua Umum Bidang Pembinaan Prestasi Olahraga dan Bidang Pembinaan Organisasi Mayjen TNI (Purn) Suwarno, S.Ip., M.Sc., mengatakan,”Ada 3 peran perguruan tinggi yang dapat dilakukan, pertama perguruan tinggi harus mampu menghasilkan guru olahraga yang profesional, guru tersebut diharapkan menghasilkan kader yang potensial. Kedua, lahirnya pelatih yang profesional yang dilahirkan dari jajaran akademisi. Saat ini presentasinya kecil, baru 12%, serta secara pengetahuan adanya standarisasi fasilitas untuk pembinaan.

Ketiga, lanjutnya, diharapkan lahirnya atlet-atlet baru. Pembinaan atlet dirasakan belum sinkron dari semua bagian. Jika berbicara kebijakan, ini tergantung dari pemerintah yang berkuasa, penggatian rezim berpengaruh dalam pembinaan olahraga, saat ini pemerintah belum dirasakan kehadirannya dalam bidang olahraga. Yang dapat diupayakan saat ini adalah membangun pengetahuan dan membentuk mental, dan ini sejak tahun 1956 sudah masuk kurikulum.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) Jawa Barat Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., mengatakan,”Kita tahu bahwa olahraga sebagai sarana pembentukan karakter, ada nilai yang dijunjung, ada aturan, dan ada prestasi tetapi yang paling penting untuk mencapainya ada sejumlah langkah yang harus diperjuangkan, ada proses pembentukannya, dan ujungnya adalah prestasi, di samping itu juga ada rasa persaudaraan, keberagaman karena kita hidup bersama.”

Bersama-sama berjuang meraih prestasi dengan cara yang sesuai, tegasnya, maka akan menjadi juara dengan bermartabat. Kami juga mengharuskan begitu, kita harus menang dengan cara yang wajar, fair play, untuk apa juara dengan cara yang tidak sehat.

“Jika insan-insan olahraga ingin berpretasi dalam aspek kognitif dan psikomotor, maka kita harus kembangkan sebuah sistem pembelajaran yang sesuai, yang mengakomodasi semua kepentingan. Belajarlah dengan intensif, walau bagaimanapun kegiatan belajar harus tetap dilakukan sekalipun waktu mereka terganggu dengan jadwal latihan yang padat. Atas dasar hal tersebut, perguruan tinggi perlu mengupayakan membuat strategi pembelajaran dengan mengefektifkan waktu, tanpa belajar tidak bisa pintar dengan sendirinya. Pintar itu karena melakukan sesuatu, melakukan pembelajaran, maka ini sudah sangat mendesak untuk mengembangkan sistem pembelajaran bagi olahragawan, sehingga walaupun intensitas petemuan kurang tapi intensitas belajarnya tetap,” jelasnya.

Contohnya di UPI, saya kira UPI sudah melakukan hal yang dirasa perlu dilakukan secara maksismal, ujarnya. Upaya yang dilakukan adalah melakukan pembinaan UKM keolahragaan, mengembangkan prestasi dalam bidang kognitif dan psikomotor secara maksimal. Dikatakannya,”Lembaga kemahasiswaan sudah melakukan berbagai program pembinaan, melakukan pemusatan latihan, dan setiap ada even kejuaran kita ikuti supaya mahasiswa kaya akan pengalaman. Saya yakin UPI sudah leading dan dengan adanya Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) yang membantu iklim spirit olahraga terjaga.”

Sementara itu, Wakil Ketua BAPOMI Jawa Barat Prof. Dr. H. Adang Suherman, MA., menjelaskan,”Paradigma berpikir pihak penyelenggara sudah cukup maju, baik DPR Sulawesi Selatan, Gubernur Sulawesi Selatan, dan forum Rektor Sulawesi Selatan, temasuk Kemenristekdikti, ternyata gengsi mereka dalam kompetisi di ajang POMNas XV Sulawesi Selatan 2017 tidak hanya bertumpu pada pencapaian prestasi yang diraih saja tapi lebih pada martabat, fair play, dan pembentukan karakter pribadi unggul yang memiliki prestasi tinggi dibarengi budi pekerti yang baik, serta memiliki peluang berkembangnya para atlet menjadi pemimpin, itu yang saya senangi, komitmen itu lah yang bagus. Saya tegaskan, hal yang jauh lebih penting adalah pembentukan karakter, silaturahmi, sikap fair play, dan menjadi pemimpin yang baik.”

Dengan demikian, bagaimana kita mendorong pemerintah untuk membuat payung hukum dalam penyelenggaraan kegiatan ini secara jelas dan tegas, seperti kita ketahui, provinsi DKI dan Jateng sudah mapan, pembiayaannya sudah masuk dalam anggaran daerah. Disini kita melihat adanya komitmen politik yang baik antara pemerintah daerah dengan DPRD, pelaksanaannya diekskeusi oleh Disorda.

Lebih lanjut dijelaskan,”Harus ada pemikiran tentang pengendalian prestasi akdemik bagi mahasiswa yang terlibat dalam UKM Keolahragaan, tapi sejauh ini tidak ada kasus yang menyimpang, tapi tetap harus diperhatikan. Jika jasmaninya sehat, maka prestasi akademiknya pun dapat mengimbangi, sehingga permasalahan terkendali, justru dengan jasmani yang bugar malah lebih baik, logikanya dalam fisik yang sehat, maka jiwanya sehat.”

Jika terjadi adanya ketimpangan, maka masalahnya hanya karena kesempatan untuk belajar yang kurang, masalahnya ada di manajemen waktu, jelasnya. UPI memberdayakan UKM keolahragaan melalui berbagai strategi, seperti adanya penjadwalan khusus, sarana prasarana olahraga terbuka dan ditata lebih tertib. Atlet yang statusnya mahasiswa, banyak mengalami hambatan dari sisi kognitifnya, bukan mereka bodoh, hanya karena masalah pengelolaan waktu.

”Saat ini secara nasional, kebijakan dalam merekrut calon mahasiswa baru dari kalangan atlet masih bertumpu pada prestasi secara kognitif, padahal banyak kandidat yang sudah mendapatkan pengakuan secara nasional maupun internasional terhadap prestasinya. Ke depan, diharapkan proses rekrutmen tersebut dapat dibedakan, karena untuk mencari atlet yang terbaik dan potensial justru yang betul-betul mengandalkan bakatnya, langsung saja rekrut, tanpa harus melihat aspek kognitifnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa penampilan keberbakatan dalam olahraga harus menjadi prioritas dalam proses rekrutmen, baru kemudian lakukan pengembangan kognitifnya, dan dalam melakukan pembinaan terhadap UKM Keolahragaan harap diperhatikan manajemen waktu belajarnya, aspek kognitif dan psikomotornya disinkronkan. Adanya kekurangan dalam aspek kognitif yang dialami oleh atlet dikarenakan kesempatan dalam belajarnya kurang, waktu belajarnya kurang, nah disinilah upaya kita untuk menstimulusnya agar seimbang. Pembinaan dalam proses pembelajaran yang memungkinkan dia bisa belajar secara fisikal dan kognitif adalah tidak diikutsertakan dalam proses belajar secara reguler. Diantara forum Dekan Keolahragaan hal ini sudah dibahas secara komprehensif, adapun batasan prestasinya adalah bukti fisik dan pengakuan dari pelatih. Seni dan olahraga adalah milik publik, ini sangat objektif.  (dodiangga)