CIPTAKAN GENERASI EMAS BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN UMUM

Bandung, UPI

Ganjar selaku Ketua panitia seminar nasional di  Ruang Auditorium Lantai VI Gedung FPIPS Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung pada 25 Oktober 2014.  Ia memaparkan bahwa perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan  dimasa depan, patut  meningkatkan mutu human kapitalnya.  Kedudukan pendidikan umum menjadi sangat penting MKDU sangat berperan penting dalam mengoptimalkan kualitas human capital tersebut, sekaligus dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-60, dan Lustrum ke XII UPI. Melalui harapan tersebut maka Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melaksanakan kegiatan seminar nasional bertema “Pendidikan Umum dalam Menyongsong Generasi Emas Indonesia tahun 2045.”

Bangun Eksistensi Bangsa dengan Kecerdasan Kolektif Direkat oleh Kultur IndonesiaIMG_20141015_100049

Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd Rektor UPI selaku keynote speaker menyampaikan memang urgen untuk meningkatan human kapital.  Adanya MKDU memiliki esensi dalam meningkatkan kepribadian menjadi warganegara yang baik, bukan hanya sebagai perangkat pengetahuan secara kognitif.  Peningkatan kepribadian itu harus memiliki orientasi nilai yang memuat  eksplisit knowledge namun juga plisit knowlege, yang secara afektif meningkatkan kemampuan adaptif, dan juga memperkokoh kepribadian mahasiswa.

Tentunya peran para akademisi patut dapat menginternalisasi hal tersebut di atas dengan saluran mata kuliah tertentu. Ia menyampaikan ucapan terimakasih kepada Prof. Judith yang  menyumbangkan pemikirian untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Menurutnya generasi emas harus memiliki profil yang jelas, dimana  manusia di Indonesia dimasa depan harus  memiliki jati diri bangsa Indonesia. Menurutnya perlu ada alur fikir alur kebudayaan manusia di masa depan yang berpijak pada pola-pola budaya dan strategi kebudayaan dalam membentuk jati diri bangsa Indonesia sebagai bingkai dalam membentuk generasi emas 2045.

“Eksistensi suatu bangsa harus berakar pada budaya sendiri sehingga eksistensi, dan keberlanjutan bangsa Indonesia akan tetap terjaga. Bangsa berwatak, dan bermartabat perlu diciptakan dalam pendidikan melalui tiga hal yang esensial bertujuan dalam meningkatkan eksistensi bangsa dalam tatanan budaya bermartabat, kecerdasan kehidupan bangsa menjadi kecerdasan kolektif bangsa.  MKDU memiliki tanggungjawab dalam memiliki tujuan kolektif dan esensial sebagai tanggungjawabnya akan membangun eksistensi bangsa, kecerdasan kolektigf dengan perekatnya kultur yang terlapas dari keisolasian dengan nilai-nilai baru dengan adanya internalisasi sebagai milik sendiri. ” Ujar Sunaryo

Paparan pamungkas Sunaryo menyinggung tentang adanya alur fikir kompetisi dalam pola pikir bangsa Indonesia saat ini patut dibangun dengan kolaborasi sebagai standar kinerja yang baik, dengan indikator kerja keras, kejujuran dan toleransi.  Dengan demikian maka dapat tercipta kompetisi untuk mencapai kinerja tinggi dalam suasana kolaborasi sebagai nilai-nilai yang kuat secara internal dalam bangsa ini. Hal inilah yang patut diperhatikan seluruh bangsa Indonesia.

 Judith :Pendidikan Liberal Arts dapat Pertahankan Struktur Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Pemateri pertama pada seminar nasional yang dilaksanakan pada Rabu (15 Oktober 2014) adalah Prof. Judith Punchocar, P.Hd dari School of Education, Leadership, and Public Service Northern Michigan University.  Wanita ini bersama Prof. Chaedar Alwasilah akan menulis dua buku tentang Liberal Arts, pertama buku untuk direktur dan instruktur program dan kelas Liberal Arts, dan kedua buku untuk siswa di kelas Liberal Arts, dengan tujuan untuk mengasah kemampuan para mahasiswa dalam berpikir kritis, kontroversi konstruktif, keterlibatan masyarakat peka budaya, pemecahan masalah, dan kolaborasi.

Menurutnya saat ini mahasiswa Indonesia, khususnya mahasiswa UPI, dan UNPAS telah menunjukkan minat yang kuat dan menginspirasi dalam Liberal Arts. Akan tetapi, menjadi sebuah pertanyaan berapa banyak mahasiswa pendidikan tinggi Indonesia yang akan belajar seni dari sebuah karya seni berumur 40.000 tahun dari sebuah gua di Sulawesi, Indonesia? Oleh karena itu ia hadir untuk berbagi beberapa ide tentang Liberal Arts sebagai cara untuk mendukung, memperkaya, memfasilitasi, dan menonjolkan Visi dan Misi semua Universitas di Indonesia.

Ia pun menuturkan tentang Studi Liberal Arts, yang melibatkan ilmu pengetahuan lama dan baru (seperti filosofi dan antropologi). Program studi Liberal Arts saat ini terdapat di Australia, Bangladesh, Kanada, India, Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan banyak negara lain. Georgetown University di Washington, DC adalah universitas pertama di dunia yang mempersembahkan gelar Doktor Liberal Arts, pada tahun 2010. Ia pun melakukan komparasi dengan UPI, dan ternyata upaya untuk memajukan Liberal Arts Indonesia sejalan dengan jurusan MKDU.

Keberadaan studi Liberal Arts menurutnya patut diberikan untuk meningkatkan cara berpikir yang lebih kritis pada mahasiswa, kualitas yang lebih baik dari guru di sekolah setempat, dan kewarganegaraan yang lebih baik di Indonesia dan dunia. Implementasi studi ini di Northern Michigan University mewajibkan mahasiswa yang mengambil bidang sejarah, matematika, sastra, ilmu alam, seni visual & seni pertunjukan, dan ilmu-ilmu social.  Mereka wajib memilih komunikasi tertulis dan lisan, olahraga dan promosi kesehatan, dan budaya dunia. Mata kuliah Liberal Arts terdiri dari sekitar 1/4 sampai 1/3 dari total mata kuliah yang diperlukan untuk kelulusan. Sebagian mata kuliah merupakan mata kuliah untuk Liberal Arts dan program utama mahasiswa. Hal ini terutama dilakukan karena mahasiswa akan mendapatkan keuntungan, yaitu mahasiswa dapat meningkatkan kemungkinan mereka mencapai keberhasilan profesional. Kemudian mahaiswa dapat memainkan peran utama dalam mempertahankan struktur sosial dan ekonomi masyarakat. Lalu meningkatkan kualitas masyarakat dan sistem pendidikan dari TK sampai SMA.

Judith pun optimis dengan adanya kerjasama bersama UPI yang memiliki pandangan  hebat  akan Liberal Arts di pendidikan tinggi Indonesia. Karena apabila berani dalam menyebarkan sebuah ide baru, maka  setiap orang akan mencoba mencari tahu mengapa ide tersebut  akan berhasil. Karena  setiap orang berjuang keras untuk perbaikan berkualitas yang berkelanjutan, sehingga, kolaborasi orang-orang dan ide-ide yang kuat pun akan diraih.

Kemudian terakhir Dr. Abas Asyafah, M.Pd Ketua Jurusan MKDU FPIPS UPI menyampaikan resep dalam menciptakan manusia yang memiliki kompetensi di masa depan yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi, mampu berfikir kritis dan jernih, bertanggungjawab, mempertimbangkan dengan moralitas yang baik, mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, serta memiliki minat yang luas.  Terakhir memiliki kecerdasan, kreativitas sesuai dengan bakat dan minatnya.

Di penghujung acara ia pun menyampaikan bahwa, “tak ada yang lain sebagai bangsa Indonesia harus mempersiapkan langkah-langkah dalam menciptakan kualitas human kapital, yaitu pertama bangsa ini patut membuka akses pendidikan sedini mungkin dan juga selama hidupnya dengan melalui pendidikan berkarakter secara konsisten dalam membina nilai-nilai religius, budi pekerti, kebangsaan dan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Kesua harus dilakukan reformasi pendidikan dengan perbaikan pada segala aspek mulai dari kurikulum, pendidik, dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pendanaan, hingga sistem pengelolaan pendidikan yang mengacu pada standar pemerintah.  Terakhir adalah harus dialokasikan investasi anggaran yang lebih besar untuk kepentingan pendidikan tersebut melalui APBN.” (Teks :Dewi Turgarini Foto: Gumelar).