DESIANI NATALINA MULIASARI, DOSEN KAMPUS UPI DI CIBIRU TERPILIH MENJADI PRESIDEN PPIA FLINDERS UNIVERSITY

Salah seorang dosen Program Studi PGPAUD Kampus UPI di Cibiru yaitu Desiani Natalina Muliasari, M.Pd. saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral (Ph.D Programme) di Universitas Flinders Australia. Beberapa waktu yang lalu telah mengabari bahwa beliau telah ditetapkan sebagai Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) ranting Flinders University. PPIA ini merupakan suatu komunitas atau organisasi mahasiswa Indonesia yang salah satu tujuannya yaitu untuk melayani dan menyatukan pelajar Indonesia di Australia serta untuk mempromosikan budaya Indonesia kepada masyarakat Australia. Bagaimana perkembangan studi dan kondisi di Australia saat ini sekaitan dengan adanya pandemik Covid 19, beliau mengirim surat elektronik sebagai berikut.

SUKA DUKA DI NEGERI KANGGURU KETIKA PANDEMIC COVID 19 MELANDA

Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak saya jika kepergian saya studi ke luar negeri akan mengalami beberapa keadaan luar biasa yang mungkin tidak akan pernah terlupakan seumur hidup saya. Pandemic Covid-19 mengguncang dunia begitupun negeri kangguru Australia. Di tengah adaptasi budaya yang masih tertatih, Covid-19 menambah rasa “culture shock” kehidupan saya di sini.

Saya ingat betul tanggal 13 Maret 2020 mendapatkan email yang menerangkan jika visa keluarga saya sudah terbit. Rasa senang hati menyeruak karena keluarga bisa menyusul secepatnya. Empat hari lamanya saya mencari dan memilah tiket pesawat untuk keberangkatan keluarga. Qodarullah, ketika saya berniat membayar tiket pesawat yang sudah dipesan, perdana menteri Australia Scott Morrison mengumumkan untuk menutup negaranya (lockdown) pertanggal 20 Maret 2020 sampai pemberitahuan lebih lanjut alias tanpa kepastian. Australia tidak menerima kedatangan warga negara di luar warga negara Australia dan Permanent Resident Australia. Sedih, kecewa dirasakan oleh kami para mahasiswa Internasional terutama yang sedang menunggu kedatangan keluarga tapi pasrah dengan keadaan.

Kebijakan pemerintah pusat memang didukung dan ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah. Keputusan penutupan negara disertai pula dengan keputusan penutupan antar wilayah (antar State) untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Tidak hanya itu, penerapan aturan mulai diperketat dengan berlakunya denda bagi yang melanggar, patroli polisi di beberapa tempat berkumpul/pusat keramaian, taman, pantai, juga aturan protokol kesehatan yang wajib dipatuhi oleh seluruh warga. Sebagai contoh, penggunaan masker berdasarkan protokol kesehatan diwajibkan bagi yang sakit misal batuk atau demam.   

  Di wilayah South Australia tempat saya menempuh studi, keputusan lock down ini memberikan dampak pada aktivitas harian warga terutama kami pelajar. Awal diberlakukannya aturan lockdown membuat warga panik sehingga banyak yang mengalami panic buying. Tisue toilet, tisu tangan, handsanitizer, sabun cuci tangan, masker, beras, pasta, tepung merupakan beberapa barang yang sangat sulit didapatkan dan jikapun ada cenderung lebih mahal atau rebutan. Beberapa teman pelajar Asia ada yang mengalami panic buying tapi Alhamdulillah teman-teman kami pelajar Indonesia tidak sepanik itu. Mungkin kami akan sangat panik jika tidak ada air.

  Aktivitas akademik di kampuspun berubah. Dari yang asalnya boleh ada interaksi langsung terbatas tidak melebihi 30 orang menjadi tidak diperbolehkannya aktivitas yang melibatkan beberapa orang. Jikapun perlu maka perlu untuk menjaga jarak 1.5 meter. Perkuliahan menjadi online begitupun saya yang melakukan bimbinganpun harus online, bahkan beberapa fasilitas kampus ditutup diantaranya perpusatakaan, juga gedung tempat pelajar muslim melaksanakan sholat atau kegiatan keagamaan lainnya. Staf kampus hampir semuanya bekerja dari rumah. Hanya beberapa staf kampus saja yang standby di kampus.

Di tengah kesedihan yang menghampiri, syukur tidak kami bisa lepaskan. Flinders University, South Australia tempat saya menempuh studi  memberikan dukungan yang luar biasa baik moral ataupun materil terutama pada mahasiswa Internasional seperti kami diantara keterbatasan yang menghadang. Update informasi tentang situasi terkini di website universitas, Tawaran dana bantuan diumumkan secara online, International student service yang terus mengontak dan menanyakan kondisi kami para pelajar internasional, juga tidak ditutupnya kampus secara menyeluruh memberikan angin segar untuk tidak terkungkung di kamar ukuran 3 x 3 m2. Angin segar berikutnya adalah dalam 2 minggu terakhir sampai tanggal 6 mei 2020, South Australia tidak memunculkan kasus baru  a.k.a 0 case Covid 19. Sekolah SD, SMP, SMA sudah kembali beraktivitas pertanggal 4 Mei 2020 walaupun kampus sepenuhnya belum. Berita terbarupun mengungkapkan bahwa beberapa fasilitas umum seperti taman bermain akan segera dibuka. Perlahan InsyaAllah pandemic ini akan segera berakhir dan kami bisa beraktivitas seperti biasa. Doa dan harapan pun tidak pernah lepas terpanjatkan di bulan suci Ramadhan yang penuh Rahmat ini semoga pandemic Covid 19 segera berakhir di Ibu Pertiwi tercinta.

Salam Cinta dari Negeri Kangguru…

Desiani Natalina Muliasari

Dosen kampus UPI di Cibiru/ Presiden PPIA Flinders University, South Australia