Inkubasi Seni dan Budaya Lahirkan Paket Wisata Edukasi dan Industri Kreatif

Bandung, UPI

Tim Peneliti Unggulan Perguruan Tinggi Bidang Seni dan Budaya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merintis program inkubasi untuk mendorong seniman seni pertunjukan di Bandung dan sekitarnya membangun usaha di bidang seni pertunjukan.

Program inkubasi yang digelar, mengusung tema “Pengembangan usaha di Bidang Seni dan Budaya di Kota bandung”, dilaksanakan di Gedung Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM UPI) lantai 1 Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Jumat (20/5/2016).1

Ketua Pusat Studi Wanita Seni dan Budaya (PSW SB) LPPM UPI, dan Tim Peneliti UPI Juju Masunah Ph.D., mengatakan,”Inkubasi diselenggarakan untuk menambah wawasan berwirausaha bidang seni dan budaya, dan memahami peluang pasar seni pertunjukan tingkat nasional maupun internasional, serta mampu mendaftarkan karya unggulan untuk mendapatkan HKI. Program ini diinisiasi oleh Juju Masunah, Ph, D., Dr. Rita Milyartini, M.Si., dan Dr. Yuliawan kasmahidayat, M.Si.”

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan inkubasi terbagi dalam tiga sesi, petama adalah diskusi bersama para pakar wirausaha seni dan budaya, kedua berkolaborasi untuk membangun kelompok usaha seni pertunjukan dan penyusunan profil usaha, karya dan strategi promosi serta membahas program dan produk unggulan yang akan disertakan pada Bandung Performing Arts Festival (BPAF) 2016 di Kota Bandung. Ketiga, mempresentasikan program dan karya unggulan, yang kemudian diseleksi untuk memilih tiga terbaik yang memiliki daya saing global.

2

Sementara itu Wakil Dekan I Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Dr. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd., menjelaskan,”Program ini sangat penting terkait persiapan FPSD yang akan menggelar acara Bandung Performing Arts Festival (BPAF) 2016.Tujuan BPAF adalah untuk mempromosikan seni dan budaya Sunda melalui pementasan bertaraf nasional dan internasional. Pada akhirnya, hasil dari inkubasi ini diharapkan menghasilkan rancangan karya unggulan yang bisa dipromosikan dalam acara BPAF. Dalam kesempatan tersebut akan di launching program paket wisata edukasi dan industri kreatif.”

FPSD berupaya untuk mengembangkan program yang dapat disinergikan baik secara internal maupun eksternal seperti pemerintah, komunitas, alumni, maupun dunia usaha, ujarnya. Program inkubasi diharapkan menjadi permodelan usaha seni dan budaya di Kota Bandung khusunya dan Indonesia pada umumnya. BPAF 2016 akan diselenggarakan di tiga tempat, diantaranya Teater Keong Museum Pendidikan UPI (untuk area Partere dan FPSD akan ada kegiatan edukasi wisata seni), di Institut Seni Budaya Indonesia Bandung dan di Gedung Merdeka.

Sementara itu, salah seorang narasumber produser Indonesia Performing Arts Market (IPAM) Rama Tharani, memaparkan pengalamannya dalam presentasi yang berjudul “Pasar Seni Pertunjukan Indonesia”

Dikatakannya,”Pada dasarnya pasar merupakan sebuah industri, dan industri dekat dengan komersial. Namun bila diaplikasikan di dalam kesenian, maka menjadi pengembangan sebuah ide kreatif yang digarap menjadi suatu konsep.”

Bicara pasar pasti ada outlet, ujarnya, pasar bisa diselenggarakan sendiri, atau dibentuk dalam sebuah festival kesenian, ataupun ‘ditanggap’ secara privat. Sementara itu, tingkatan pasar terbagi dalam beberapa kategori yaitu lokal, nasional, dan internasional.

“Bila para pelaku seni ingin memiliki akses pasar, maka perluaslah networking dengan cara bergaul secara global. Akses pasar dilakukan dengan cara  kenali diri sendiri, kenali target pergaulan, siapkan alat pergaulan, dan pergilah bergaul. Jangan lupa untuk menyiapkan amunisi berupa kartu nama, materi promosi bisa buku profil, buku karya, video, USB, website, facebook, twitter, instagram, atau Vimeo, kemudian kuasailah bahasa inggris dan bersikap terbuka pada perubahan. Lalu kemana harus bergaul? Lahan pergaulan diantaranya festival dan arts market” ungkapnya.3

Diungkapkannya, orang-orang luar negeri yang pernah ditemui dan berkomentar terhadap produk kita biasanya akan mengatakan bahwa karya yang pernah ditampilkan lebih pada karya yang sudah dilihat, bukan digenerasi secara umum, yang mereka cari adalah karya yang idenya tidak biasa, pemikiran yang menantang pemikiran mereka, karya yang memberi referensi, asal bukan pertunjukan copy paste.

“Motivasi orang luar negeri untuk pergi ke suatu festival seni biasanya untuk mencari hiburan, menambah referensi, perbedaannya pada budaya menonton, dan tontonan yang dimaksud adalah pentas di Gedung pertunjukan,” ujarnya. (dodiangga)