Kabar dari Perancis (19) Kutu Busuk  (Punaisses de lit) yang Membuat Pusing Orang Perancis

Nenden Nurhayati Issartel (Koresponden, Perancis)

Tri Indri Hardini (Dosen, Universitas Pendidikan Indonesia)

Seorang dokter Perancis, Dr Pradeau yang waktu itu bertugas di China, memberi saran pada penulis, yang orang Indonesia yang tinggal di Perancis, untuk divaksin malaria sebelum pergi ke Indonesia karena menurut beliau ketika saat orang Indonesia pergi meninggalkan negaranya, walau ia imun saat ia pergi, setelah 6 bulan tubuhnya tidak imun lagi. Pandangan inilah yang menyebabkan turis-turis barat divaksin sebelum mendatangi negara lembap seperti Indonesia, dan negara-negara di Asia lainnya. 

Negara Perancis, seperti banyak negara modern, menganggap bahwa kebersihan umum sangat penting. Di kota Versailles dan Paris, setiap hari tukang sampah  mengambil sampah di rumah-rumah dan di bangunan-bangunan. Selain itu kegiatan menyapu jalan (dengan atau tanpa robot) dilakukan sangat rutin. Kelembapan tempat tinggal dan genangan air merupakan sarang yang dipakai memproduksi kuman yang selain disebarkan oleh nyamuk juga oleh insectinsect yang lain. Bahayanya air yang tak mengalir dan kelembaban bagi kesehatan dipelajari di sekolah-sekolah sejak dini.

Namun walaupun demikian, di Perancis beberapa bulan belakangan ini digemparkan oleh berita yang kelihatannya ditayangkan secara berlebihan di Indonesia yaitu kota-kota Perancis dihinggapi wabah kutu busuk (baca https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/12/113000265/wabah-kutu-busuk-menggila-di-perancis-warga-buang-kasur-ke-jalanan?page=all) . Jumlahnya yang membludak dan sistem reproduksinya yang banyak membuat petugas kesehatan dan kebersihan di negara ini bertunggang-langgang dalam membersihkan tempat-tempat umum dan transportasi umum. Selain pemerintah yang sibuk mencari jalan untuk membebaskan negara ini dari kutu busuk, tempat tinggal teman penulis yang tinggal di Perancis pun tidak luput dari serangan mereka. Ia bercerita bahwa apartemennya disewa oleh turis via R B&B. Uang sewa yang diterima sebesar 3000 € dari turis ini terasa sia-sia karena turis ini membawa kutu busuk ke apartemen miliknya yang ia sewakan kepada turis ini. Pada akhirnya uang itu habis dipakai untuk membeli barang-barang di apartemen yang terpaksa dibuang karena sangat sulit membebaskan kutu busuk ini karena insect ini hanya bisa musnah dengan dibakar. Berikut ini mari kita simak bagaimana pemerintah Perancis menanggulangi penyebaran kutu busuk ini.

Semua orang sangat paham bahwa parasit ini sangat mengganggu karena membuat kita gatal, dan melukai kita: lebih dari 70.000 kunjungan dokter dalam satu tahun dikaitkan dengan kutu busuk. Diperkirakan menurut hasil penelitian yang dikomunikasikan oleh Kementerian Kesehatan: Bahwa dari jumlah konsultasi dokter dari 100 000 orang, 109 orang konsultasinya berkaitan dengan kutu busuk. meskipun tidak banyak kasus yang terkena, masalah ini telah membebani pikiran banyak penduduk Perancis, tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan wilayah. Menurut kesimpulan dari penyelidikan yang dilakukan jaringan pengawasan kesehatan Sentinelles (Inserm-Sorbonne University), ada kemungkinan peningkatan berkembangnya kutu busuk di musim semi dan musim panas, yang hal ini membuat banyak orang menjadi khawatir dan menjadi beban bagi pemerintah.

Sejak tahun 1990-an, terjadi peningkatan serangan kutu busuk di kota-kota besar di negara-negara maju. Situasi ini terutama terkait dengan penghentian penggunaan insektisida beracun serta dengan adanya  peningkatan perdagangan internasional dan perjalanan internasional (pariwisata internasional).

Wisatawan tanpa sadar dapat membawa kutu busuk di bagasi mereka, sehingga menyebabkan kontaminasi atau penularan / penyebaran di kamar hotel, hostel, kereta api, kapal pesiar, bus, pesawat, dll.

Tempat-tempat lain yang berisiko tinggi ketularan adalah : Rumah sewa, penjara, rumah sakit, sekolah, termasuk taman kanak-kanak, dan ruang pertunjukan, bioskop, dan lain-lain.

Wilayah yang  paling banyak terkena limbahan kutu busuk adalah: Auvergne – Rhône-Alpes dan Paca berada di urutan teratas, Pays de la Loire dan Burgundy – Franche-Comté. Dari penyelidikan tentang penebaran kutu busuk ini menunjukkan bahwa “metode pengendalian yang digunakan sering kali dianggap tidak efektif oleh korban kutu”.

Penelitian tersebut menegaskan bahwa “sangat mendesak melawan kutu busuk ini dan mengendalikan konsekuensinya bagi kesehatan”, menurut penilaian Direktorat Jenderal Kesehatan (DGS: Direction générale de la santé), yang memodali penelitian tersebut. 

Ciri-ciri penyakit yang disebabkan kutu busuk ini “adanya lesion ( bentol yang gatal dengan luka karena digaruk) pada kulit (98%) dan juga memburuknya suasana jiwa (psikologis) ”, ditekankan oleh DGS. “Kesimpulannya, 39% pasien menderita insomnia  (kurang tidur) dan banyak yang merasa bahwa penyakit tersebut berdampak pada kehidupan profesional, keluarga, atau sosial mereka. »

DGS berharap Badan Nasional Keamanan Pangan, Lingkungan dan Kesehatan Kerja (ANSES: l’Agence nationale de sécurité sanitaire de l’alimentation, de l’environnement et du travail) memperbaharui  rekomendasi mengenai metode yang lebih efisien untuk memerangi kutu busuk. Dalam beberapa tahun terakhir ini, jumlah korban kutu ini meningkat hampir di seluruh dunia, karena meledaknya sektor perjalanan bisnis dan pariwisata. Nomor  telepon khusus (0.806.706.806) disebarkan untuk melaporkan kasus kutu busuk agar ditangani cepat dan dicegah penyebarannya  atau melalui website stop-punaises.gouv.fr  untuk informasi tentang kutu busuk ini.

Bagaimana cara mengenali gigitan kutu busuk dan keberadaan serangga di rumah Anda?

Kutu busuk, sering kali bersembunyi di tempat tidur, menggigit orang yang sedang tidur untuk menyedot darahnya. Kehadiran kutu-kutu ini dikenali dari bentol-bentol merah pada kulit akibat gigitan, dan dari bintik hitam kecil di seprai, seperti kotoran yang berhubungan dengan bercak darah karena tertindih pada malam hari.

Kutu busuk adalah serangga kecil berbentuk lonjong, sangat pipih, tidak bersayap, berwarna coklat, dan berubah kemerahan setelah menghisap darah. Saat dewasa, panjangnya 4 hingga 7 milimeter, kira-kira seukuran biji apel.

Kutu betina dewasa bertelur berwarna keputihan seukuran kepala peniti. Seekor betina dapat bertelur sebanyak antara 200 dan 500 telur seumur hidupnya. Telur tersebar sendiri-sendiri atau berkelompok dan menetas menjadi kutu  kira-kira dalam waktu 10 sampai 14 hari (telur menjadi larva berwarna terang berukuran 1 sampai 2 mm)

Berbeda dengan ”Tiques” (ixodida) atau nyamuk, kutu busuk tidak berisiko menularkan infeksi (virus, bakteri, parasit, dll.)

Kutu busuk memakan apa?

Kutu busuk memakan darah manusia di malam hari: kutu ini  adalah jenis parasit penghisap darah. Makan darah ini berlangsung selama 5 hingga 20 menit.

Kutu busuk bisa menggigit hingga 90 kali dalam satu malam. Namun, mereka dapat bertahan hidup tanpa makan selama beberapa bulan (hingga satu setengah tahun).

Kotoran kutu busuk sebagian besar terdiri dari darah yang dicerna, hal ini menjelaskan  sebab warna hitamnya.

Di mana kutu busuk tinggal?

Kutu busuk adalah serangga yang aktif di malam hari dan menghindari cahaya.

Kutu ini kebanyakan ditemukan di kamar tidur (terutama di kasur, tempat tidur)

Mereka juga tinggal di tempat lain yang gelap dan sunyi (sofa ruang tamu, retakan di dinding dan lantai, di balik lukisan, tirai), tempat mereka bersembunyi pada siang hari.

Kutu busuk mampu hidup di mesin cuci karena dibawa ke dalam mesin melalui cucian yang terkontaminasi dan bahkan  jika pencucian dilakukan dengan air hangat. (Kutu busuk bisa dikalahkan dengan dibakar atau di bekukan di frozen). Inilah alasannya mengapa, ketika kutu busuk menghinggapi sebuah rumah, dan untuk melepaskan dari kutu busuk, semua barang di dalam rumah dibuang keluar untuk dibakar.

Kutu busuk tertarik oleh getaran, hawa panas (hangat), bau, dan karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan tubuh seseorang. Sering kali, pada awalnya, kutu busuk hanya menggigit satu orang di rumah. Untuk mendapatkan makanannya, mereka menggigit orang yang sedang tidur di malam hari. Namun, kutu busuk tidak pernah hidup di dalam tubuh manusia.

Serangga ini tidak bisa terbang. Kutu busuk hanya berpindah dengan berjalan sejauh beberapa meter, oleh karena itu paling sering mutasinya dari satu tempat ke tempat lain terjadi ketika orang memindahkan suatu benda di mana kutu busuk ini tinggal (seprei, koper, tas, pakaian, dll). .

Kehadiran kutu busuk tidak berhubungan dengan kurangnya kebersihan. Siapa pun dapat membuat rumahnya kedapatan kutu busuk ini.

Gigitan Kutu busuk: apa gejalanya?

Gigitan kutu busuk menyebabkan benjolan kecil di kulit (makulopapula), berukuran 5 mm hingga 2 cm, dengan titik merah berdarah atau bentol berisi cairan bening di tengahnya.

Papula/ bentolan ini menyebabkan rasa gatal (pruritus) yang lebih parah di pagi hari dibandingkan di malam hari. Pruritus (fr. Frurit) ini menyebabkan bentol-bentol kulit yang terluka karena garukan.

Benjolan gatal  pada kulit ini biasanya terdapat di bagian tubuh yang tak tertutupi pada malam hari: Di lengan, kaki, punggung, dan kadang di kepala dan leher.

Pada awal infeksi, gigitannya di  berbaris di sebagian kulit tubuh, tetapi jika orang tersebut terus tinggal di tempat yang terinfeksi terus-terusan, gigitannya akan menyebar ke seluruh kulit.

Gigitan ini dapat hilang setelah beberapa jam, juga dapat menimbulkan reaksi alergi yang disebabkan air liur kutu busuk yang menempel di kulit saat menggigit, dengan adanya benjolan merah yang sangat gatal dan nyeri.

Kutu busuk terlebih dahulu menggigit tubuh seseorang yang mengeluarkan hawa panas paling banyak. Pada awal infeksi, Seringnya hanya satu orang yang terkena gigitan dari dua penghuni ranjang yang sama.

Infeksi kutu busuk mengganggu kualitas tidur seseorang dan menyebabkan insomnia. Selain itu, gigitan ini berdampak kejiwaan /psikologis karena mungkin membuat hidup menjadi tidak nyaman.

Kontaminasi kutu busuk terutama kelihatan pada tiga unsur:

– Bentol-bentol pada kulit

– Bentol-bentol  kulit (benjolan luka) akibat gigitan kutu busuk terlihat jelas pada kulit penghuni tempat tersebut.

– Bekas-bekas kutu terlihat pada seprei, kasur, kayu tempat tidur, lipatan-lipatan kain, kerangka  pintu, sudut dinding.

Kutu busuk hidup atau mati, kulit kutu atau telur kutu busuk bisa terlihat di dalam atau di dekat tempat tidur.

Kutu busuk lebih suka bersembunyi di kasur, di dekat orang yang akan mereka gigit. Namun tempat persembunyian lainnya bisa jadi terdapat di perabotan lain selain kamar tidur, di tumpukan pakaian, ransel, kantong tidur, koper, karpet, gorden, tiang, kusen pintu dan jendela, permadani/ karpet…

Saat ini di Perancis masuk ke musim gugur (l’Automne). Pembicaraan tentang kutu busuk sudah tidak disinggung-singgung lagi di media karena keberadaannya membludak pada musim semi (printemps) dan musim panas ( l’été). Sigapnya masalah ini ditanggapi oleh Pemerintah membuat kutu busuk ini kelihatannya tidak lagi jadi pusat perhatian orang Perancis saat ini. Perancis adalah negara yang sangat memperhatikan kesehatan warganya tetapi tidak ekstrem karena menyadari bahwa kekebalan tubuh terjadi ketika serangan bakteri/ mikrobus menyerang kita di sepanjang hidup kita (contohnya saat anak kecil sering sakit-sakitan karena kekebalan tubuh mereka sedang dibangun). Manusia tidak langsung sakit parah karena terbiasa mendapat serangan bakteri, mikrobus atau virus yang tentu saja tidak berbahaya. Jika sebuah rumah terlalu bersih, rumah yang dibersihkan dengan menggunakan pembersih bakteri yang membunuh bakteri dan mikrobus, jika penghuninya keluar dari rumah, mereka akan rentan terkena bakteri. 

Di Indonesia, di negara lembap, banyak sekali mikrobus dan bakteri serta virus berkeliaran. Warga Indonesia yang tinggal di Indonesia, lebih kebal tapi para turis asing atau orang Indonesia yang telah meninggalkan tanah air lebih dari 6 bulan, sering mengalami sakit setelah menghabiskan beberapa hari di Indonesia.