Kegiatan Observasi Lapangan dalam Praktikum Mata Kuliah Tari Topeng Cirebon

Pada hari Sabtu tanggal 14 oktober 2023, mata kuliah Tari Topeng Cirebon di Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia yang diampu oleh Prof. Juju Masunah,Ph.D., melakukan observasi lapangan ke keraton kanoman tepatnya di Jl. Kanoman No.40, Lemahwungkuk, Kec. Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Keberangkatan dilakukan dengan kumpul di lapangan parkir UPI pada pukul 06.00 dan tiba di Keraton Kanoman pada pukul 09.00.

Keraton Kanoman merupakan salah satu bangunan yang penting dalam sejarah terbentuknya Kota Cirebon. Keraton Kanoman didirikan pada tahun 1678 dan berfungsi sebagai bangunan pemerintah serta penyebar agama Islam pada Tanah Sunda. Lokasi Keraton Kanoman ini terletak lumayan jauh dari jalan raya umum yang mengharuskan melewati jalan / gang kecil & pasar. Keraton Kanoman memiliki sanggar yang bernama sanggar Klapa Jajar. Sanggar seni Klapa Jajar dibangun oleh ayah dari Cah Mamat yang bernama P. Agus Djoni Arka Ningrat pada tahun 1970-an. Nama sanggar tersebut diambil dari nama gang Kelapa Jajar. Di sanggarnya berbagai jenis tari yang diajarkan seperti tari putri, tari bedaya, tari rimbe, tari pemaisuri, tari topeng lima wanda, tari burung, tari kajongan, ronggeng pesisir-bugis, tari manggala yuda, titi rasa dan lainnya. Tidak hanya itu saja, di sanggar tersebut anak-anak diajarkan pula alat-alat musik sebagai pengiringnya yang dinamakan seni karawitan. Cah Mamat berharap untuk ke depannya, ia ingin menjadikan sanggarnya sebagai kampung seni, yang di dalamnya di isi dengan beragam seni khas Cirebon, seperti seni tari, musik, lukis, pahat, juga kerajinan tangan yang bekerja sama dengan masyarakat di kampungnya, serta kuliner malam dan penghijauan. Tak heran dari keuletan dan keikhlasan, sanggarnya telah dipercaya untuk melakukan berbagai pementasan, baik untuk sosial, adat dan keagaamaan, maupun pementasan dalam suatu parade.

Dalam observasi kemarin, sanggar Klapa Jajar menampilkan tarian-tarian yang menarik, diantaranya tari kendi, tari topeng pamindo dan klana, tari wayang gandamana, dan tari tayub.

  1. Tari Kendi

Tari Kendi merupakan suatu tarian yang bukan hanya gerak saja, melainkan memiliki banyak sisi yang menarik salah satunya adalah filosofi yang terdapat di dalamnya, yaitu menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Kendi memiliki material tanah & air, sesuai dengan tubuh kita yang terbuat dari tanah & air. Kendi sangat erat kaitannya dengan sejarah di Cirebon yang dikenal dengan kendi bertuah. Kendi yang dibuat oleh pendiri Cirebon memiliki sejarah yang tiada habisnya dan bisa digunkana untuk dikonsumsi bagi seluruh masyarakat Cirebon. Selain itu, kendi juga memiliki kaitan yang erat dengan Cina karena pengrajin kendi banyak datang dari Cina. Tari Kendi memiliki busana berwarna kuning yang berarti kemuliaan & emas. Properti Tari Kendi berupa kendi dan selendang.

2. Tari Topeng Pamindo & Klana

  • Tari Topeng Pamindo
  • Tari Topeng Klana

Kata topeng memiliki berbagai macam makna bagi masyarakat pendukungnya. Sampai sekarang masyarakat masih mempercayai seni topeng sebagi salah satu seni yang magis. Pamindo adalah salah satu karakter yang ada dalam pertunjukan tari topeng Cirebon. Tarian ini berkarakter ganjen lincah, hal tersebut terlihat dari koreografinya yang lincah, dan gesit. Sementara topeng Klana, lebih menggambarkan seseorang yang mempunyai sifat pemarah dan angka murka. Penari yang memerankan topeng ini, akan memerankan tokoh jahat atau antagonis. Walaupun berperan jahat, topeng Klana memiliki pelajaran penting bahwa manusia harus berusaha untuk mendapatkan kehidupan serta kebahagiaan dengan cara yang baik. Pamindo lebih sering didengar oleh masyarakat Palimanan. Topeng pamindo menggambarkan tentang seseorang yang sedang memasuki fase kanak-kanak karena berperan untuk mewakili anak-anak. Properti yang digunakan dalam Tari Topeng Pamindo adalah topeng, tekes, sampur, samping, baju kurung, dan mongkron.

3. Tari Wayang (Gandamana)

Tari Gandamana diciptakan oleh Raden Ono Lesmana Kartadikusumah sekitar tahun 1960-an, yang pada awalnya tarian ini digunakan sebagai media pembelajaran, dan termasuk ke dalam tari Wayang. Tari Gandamana menceritakan seorang patih dari cerita pewayangan. Koreografi tari Gandamana lebih mengedepankan pada tenaga dan tekanan-tekanan yang kuat, pengaturan tempo yang sedang dan cepat, serta ruang gerak tubuh yang terbuka. Kualitas geraknya pun tetap pada porsinya dan kontrol yang seimbang. Tari Gandamanah diiringi gamelan berlaras salendro, dengan lagu macan ucul, naek kering. Sesuai dengan tari Wayang lainnya, tarian ini juga menggunakan waditra kecrek dan kendang yang berpadu harmonis mengisi ungkapan setiap geraknya. Tari Gandamanah menggunakan struktur koreografi dengan dua struktur, karena pada penyajiannya menggunakan dua pola irama dan tempo yaitu menggunakan lagu Macan Ucul dua wilet dengan irama sedang, dan Macan Ucul sawilet berpola irama cepat.

Tata rias yang digunakan pada tarian ini yaitu: alis masekon kandel, jambang mecut kandel, pasu damis, kumis baplang cagak, dan cedo jenggot kandel. Adapun busana yang digunakan yaitu: celana sontog berwarna biru tua, baju kutung berwarna biru tua, sinjang, kewer, beubeur, uncal, gelang kaki, gelang tangan, kilat bahu, mahkuta Keling Sekar Klewih dan keris ladrang. Pada penyajian tari ini, menggunakan soder sebagai properti yang ditempatkan pada iringan naek kering.

4. Tari Tayub

Seni Tari Tayub sejatinya tidak hanya populer di Madura, atau khususnya Sumenep. Tayub juga cukup dikenal sebagai kesenian rakyat di wilayah Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jawa, tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitanan serta acara kebesaran misalnya hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Juga dalam perayaan kemenangan dalam Pemilihan Kepala Desa, serta acara bersih Desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari, khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Namun, seiring dengan perubahan jaman, tayub juga mengalami banyak perubahan, tak hanya seperti yang diungkapkan oleh pemerhati budaya Ahmad Baisuni, bahwa banyak unsur yang hilang dalam seni tari rakyat ini. Namun yang ironi, banyak terjadi pergeseran nilai, seperti yang disebutkan Pak Sukur. Semuanya itu akar masalahnya adalah penyusupan budaya luar yang banyak bertentangan dengan agama yang dianut masyarakat Madura. Dalam tari tayub, kita diajak menari bersama. Orang yang mau menari bersama berarti menghormati tuan rumahnya. Ini lah istilah dari tari tayub.

Kesan-kesan mengapresiasi Seni dan Budaya Cirebon:

Sangat bervariatif dan unik karena dari segala aspek sangat menjunjung tinggi keunikan dan autentik. Cirebon memiliki tarian yang sangat luar biasa dengan kostum beragam dan variasi gerakan, itu membuatnya menjadi sangat istimewa.

Oleh:

  1. Fayi Rahmestiya Prameswari 2104597
  2. Fransisca Gabriella Ken Anjani 2103790
  3. Pitaloka Dewanda Party 2104605
  4. Prista Risdiani 2103866