Kesan Nadhifa Aulia Karimbi Kuliah Perspectives on Hungarian Cultures serta Contemporary American Culture and Society di University of Szeged, Hungary Melalui Program IISMA

Nadhifa Aulia Karimbi, merupakan salahsatu mahasiswa dari  20 Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia berhasil lolos seleksi dan meraih prestasi sebagai peserta Program Mobilitas Internasional Mahasiswa Indonesia atau Indonesian International Student Mobility Award (IISMA) Tahun 2022 dengan kampus penempatnya di University of Szeged, Hungary.

Nadhifa Aulia Karimbi  yang hobinya jalan-jalan dan berenang ini kuliah di  Program Studi Manajemen Resort dan Leisure, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia. Prestasi terbesarnya selama kuliah adalah bisa menjadi awardees beasiswa IISMA 2022. Selain itu, ia dan sahabat terdekatnya pernah memenangkan Tourism Paper Contest nasional. Selama menjadi mahasiswa, ia aktif di UKM Film Satu Layar UPI serta Ketua di Angklung Podjok MRL. 

Dua pengalaman menarik dan berkesan selama mengikuti program IISMA University of Szeged, Hungary yaitu pertama ketika berada d Faculty of Humanities and Social Sciences serta mengikuti Intercultural Sensitivity Seminar. Di acara ini, mahasiswa internasional diundang ke seminar dimana topik bahasannya adalah proses adaptasi. Apa yang mungkin akan terjadi, apa yang harus diekspektasikan, dan lain-lain. Satu yang paling teringat adalah ketika dosen saya berpesan bahwa “Adaptasi terbaik adalah ketika kita masih tetap bertahan kepada batasan dan prinsip yang kita miliki”.

Kedua, Ketika mengikuti  farewell party. Di pesta ini, seluruh mahasiswa Hungarian Studies diundang untuk bermain game, mencicipi dan menghias gingerbread cookies, serta menikmati penampilan dari para dosen Hungarian Studies.Kegiatan favoritnya adalah seluruh event menari yang pernah diselenggarakan di Szeged. 

Karena ekosistem budaya yang beragam, hampir setiap bulan selalu ada dance event dari penyelenggara yang berbeda. Event paling berkesan yang pernah dialaminya ketika saya mencoba tarian tradisional Hongaria dan juga Kongo! Jika versi Hongaria sangat terstruktur dan elegan, tarian Kongo terasa lebih bebas dan berwarna. Tapi jika boleh jujur, iasenang berpartisipasi di tarian seluruh negara. Spanyol, Brazil, India, Indonesia, semuanya sangat berbekas. 

Baginya untuk  mengikuti IISMA harus melakukan berbagai persiapan, seperti persiapan untuk tes bahasa Inggris, revisi dan mentoring esai, juga mock-interview berulang kali untuk menyiapkan diri menghadapi interview. Secara spesifik, mungkin ada dua persiapan yang cukup berbeda yang telah dilakukanya.

Persiapan pertama yang ia lakukan ialah money management. Saat persiapan IISMA, beberapa pilihan penting baginyaseperti pilihan universitas tidak terlepas dari perencanaan finansial karena sistem reimbursement untuk beberapa hal seperti biaya visa, biaya asuransi, dll. Menurut saya, walaupun IISMA memberikan kebebasan untuk memilih kampus dan mata kuliah–selama saya memenuhi standar– saya merasa lebih nyaman saat saya memiliki rencana dan estimasi yang jelas dalam prosesnya.

Persiapan kedua untuk english proficiency tes. Ia dan salah satu sahabat saya setiap malam selalu menelpon satu sama lain dan kami harus berbincang dalam bahasa Inggris selama satu jam penuh. Setiap minggu juga ia dan dua orang sahabatnyaselalu berlatih speaking untuk jenis soal yang akan muncul. Dua hal ini yang dilakukanya sambil mengikuti persiapan bahasa dari Balai Bahasa UPI. 

Pengalaman menarik ketika seleksi IISMA yang menantang dan memacu adrenalin ketika tahapan interview, karena ada satu pertanyaan yang ia jawab dengan sangat jujur.  Bahkan mungkin terlalu jujur. Walaupun kejujuran itu penting, tapi dalam posisi tersebut parafrase dan prioritas to only show one best self tidak kalah pentingnya. Karena jawabannya tersebut, di sisa-sisa periode seleksi IISMA dirinya khawatir tidak akan berhasil melewati tahapan interview. Ternyata jawabannya masih cukup sesuai dengan ekspektasi yang dimiliki oleh interviewer IISMA sehingga ia bisa tinggal selama kurang lebih 5 bulan di the heart of Europe.

Perasaan dan pengamalamanya saat pertama kali datang di University of Szeged, Hungary, Riweuh tapi semangat. Berada jauh dari Indonesia, perjalanan ke host country sangat memakan waktu. Jadi saat pertama kali sampai, ia merasa kelelahan karena perjalananya. Bahkan dirinya merasa tidak mendapat kesempatan untuk “jetlag” saking sibuknya mengurus dokumen penting dan mengurus mata kuliah yang diambil. Meskipun demikian, rasa takjub dan haru yang dirasakan lebih besar dari lelah badan.

Selama mengikuti Program IISMA, ia mengikuti empat mata kuliah yang merupakan bagian dari program Hungarian Studies, yaitu Hungarian Film, Hungarian Folklore and Music, dan Perspectives on Hungarian Cultures. Sedangkan satu mata kuliah lainnya adalah Contemporary American Culture and Society. Semua mata kuliah yang dipelajarinya menarik dan berkesan baginya.

Di kelas Hungarian Film, setiap minggu kami memiliki film club dan selalu menonton karya-karya filmmaker Hongaria. Kemudian di kelas Hungarian Folklore and Music, ia mempresentasikan Tari Sintren yang dilengkapi dengan diskusi. Sedangkan  di kelas Perspectives on Hungarian Cultures, hampir setiap minggu ia dan sahabtanya diajak mengunjungi lokasi-lokasi bersejarah di Szeged sebagai bagian dari silabus. 

Dari semua mata mata kuliah yang diikutinya. Mata kuliah yang paling menarik dan berkesan Ketika kuliah Contemporary American Culture and Society. Kelas ini merupakan kelas yang menurutnya paling susah, apalagi kelas ini bukan kelas internasional dan hampir seluruh mahasiswanya merupakan mahasiswa lokal. Hanya saja, materinya menarik dan jika diberi waktu yang cukup saya merasa senang mempelajarinya.

Inspirasi yang didapatkan Nadhifa Aulia Karimbi selama mengikuti program IISMA di University of Szeged, Hungaryyaitu dari sisi perbedaan sistem edukasi yang paling menonjol dirasakannya ketika di kelas Perspectives on Hungarian Cultures. Di kelas tersebut, seluruh silabus kelas didasarkan kedalam proses mengenalkan budaya Hongaria dari aspek-aspek berbeda. Selain weekly field trip, ujian dan tugas akhir berbentuk jurnal refleksi serta presentasi budaya yang sudah dipelajari. Menyenangkannya, karena tiga kelas yang diambilnya berbasis Hungarian Studies, seluruh materinya saling berkaitan. 

Ia mempelajari tentang rumah tradisional Hongaria di kelas folklore, lalu mengunjunginya secara langsung di kelas perspectives, dan menonton rumah tersebut menjadi latar film lawas di kelas film. Sinergi tersebut menginspirasi dirinyauntuk banyak berpikir mengenai sistem pendidikan yang ramah mahasiswa internasional, insightful, dan impactful.

Inspirasi lainnya adalah banyaknya kegiatan bersosialisasi yang diakomodasi oleh dosen dan pembimbing akademik dalam suasana informal. Acara seperti game night merupakan hal umum yang rutin dilaksanakan dan memberikan kesempatan bonding antara mahasiswa dengan mahasiswa, dan mahasiswa dengan para staf serta pembimbing akademik.

Salah satu tempat berkesan baginya selama IISMA adalah SZTE Klebelsberg Library. Dengan arsitektur yang modern namun tetap cozy dan homey, ia menghabiskan hampir 60% waktunya di perpustaaan tersebut. Apalagi ketika chargerlaptopnya hilang, hampir setiap hari ia mengunjungi perpustakaan untuk menggunakan komputernya.  

Selain perpustakaan, tempat berkesan kedua adalah bangunan fakultasnya. Bangunan merah jambu yang terletak persis di sebelah perpustakaan ini merupakan bangunan dengan lorong dan tangga yang saling berhubungan. Tata letak kelasnya yang unik membuatnya merasa berada di labirin besar jika sedang berada di bangunan fakultasnya.

Beberapa tempat yang menarik juga walaupun intensitas kunjungannya tidak sebanyak perpustakaan dan gedung fakultas yaitu Cafe Radnoti.  Tempat sebagian besar event dance dilaksanakan, Agarur kafe dengan suasana paling mirip Bandung, Grey Building dan kelas lantai lima serta tangga-tangga pendakian untuk menuju kelas.

di Hongaria ia hanya sempat mengunjungi dua kota. Szeged, kota tempatnya belajar, dan Budapest. Jika Szeged memiliki Dom Ter, Mora Ferenc, dan Witch Island. Budapest memiliki Fisherman Bastion, Parliament Building, Buda Castle, dan banyak lokasi-lokasi lainnya. Selain itu terdapat salah satu tempat yang menarik yaitu Elizabeth Park, lokasi terbaik untuk piknik di awal sampai pertengahan musim gugur. Desszert, cafe hangat dengan kue coklat paling nikmat yang pernah ia makan. Eli-Up, lembaga riset laser dengan danau buatan didepannya dan kiasan warna jambu matahari terbenam. Othalmi, asrama terjauh dari pusat kota tetapi terdekat dari pusat hati. Troja dan Kale, restoran timur tengah halal dengan porsi paling besar dan ayam rasa kari. Ujszeged, kompleks rumah Ildiko, warga lokal paling penyayang yang ia kenal. Zapor Tu, danau tempat piknik bersama sahabat saya Lilla. Terakhir; Szeged Vasutallomas, gerbang pertemuan dan perpisahan, pengantar petualangannya dan para sahabat menjajaki sebagian kecil Eropa. Tempat-tempat ini menampung banyak kenangan yang telah ia dikunjungi khususnya di Szeged (Kontributor Humas UPI/Nadhifa Aulia Karimbi/Yana Setiawan)