SMK IPM Menguatkan Karakter Siswa

Cirebon, UPI

Sejalan dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang mengusung tema SMK IPM, yang berkaitan dengan penguatan karakter siswa, tampaknya perlu ada model pendekatan secara individual secara terus menerus oleh mahasiswa di dalam menguatkan moral siswa yang memang kurang berminat untuk sekolah serta adanya pengaruh lingkungan yang kurang baik.

Demikian ungkap Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat, Kewirausahaan, dan Pengembangan Kuliah Kerja Nyata LPPM UPI yang juga hadir sebagai Pembimbing KKN Dra. Katiah, M.Pd., saat di temui di lokasi KKN, Desa Bungko Lor, kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Senin (13/8/2018).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa mahasiswa UPI sudah melakukan secara maksimal dalam batas-batas tertentu. Diantaranya terkendala dengan bahasa, mahasiswa kurang bisa berbahasa daerah Cirebon dan durasi KKN yang hanya 40 hari.

“Mengacu pada fokus program KKN Tematik SMK IPM, adalah menguatkan manajemen sekolah, menginovasi program ekstrakulikuler dan pencitraan sekolah, pemotivasian semangat belajar serta meningkatkan pendidikan karakter. Dimana siswa yang ada di SMK PUI masyoritas dari keluarga miskin dan siswa yang mau sekolah dari hasil dorongan berbagai pihak,” katanya.

Adapun hasil monitoring ke lokasi KKN mahasiswa UPI dengan Tema SMK IPM di lokasi SMK PUI Desa Bungko Lor, ditemukan fakta bahwa siswa tidak bayar, sekolah dan guru serta pihak pemerintah desa terpadu melaksanakan proses pembinaan siswa, yang mayoritas dari keluarga miskin.

Diungkapkannya,”Karakter siswa memerlukan pembinaan khusus dilihat dari semangat belajar, sopan santun, pergaulan, cara berpikir, perilaku dan menghargai sesama. Hal lainnya, pihak sekolah melakukan pembelajaran yang proaktif, guru didatangkan ke lokasi pembelajaran yang dekat dengan rumah siswa, sehingga dari sisi biaya sekolah untuk transpot anak bisa ditekan.”

SMK swasta yang melayani program pembelajaran seperti ini yang ada di Cirebon, baru diselenggarakan di SMK PUI, ujarnya. Ada keberanian yang dilakukan pihak sekolah untuk memberikan pelayanan pendidikan pada keluarga miskin, yang gurunya datang ke lokasi terdekat dengan lokasi siswa.

“Pihak sekolah SMK PUI dan pemerintah Desa Bungko Lor berharap, UPI dapat terus memberikan pendampingan tidak hanya melalui program KKN saja, tetapi program pengabdian kepada masyarakat dan penelitian  yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa,” ujarnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Wakil Kepala Sekolah SMK PUI Drs. Zainal Abidin berharap bahwa dengan adanya KKN Tematik UPI dapat meningkatkan pelayanan dan kualitas SDM baik bagi siswa maupun seluruh stakeholdernya.

Lebih lanjut dikatakan,”Kegiatan ini diharapkan dapat membantu kesadaran masyarakat sekitar untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang menengah dengan segala keterbatasannya. Kemudian mensosialisasikan bahwa program SMK PUI adalah sekolah yang dekat dengan masyarakat yang diharapkan dapat membantu meningkatkan IPM, sehingga masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan dalam membangun manusia yang mandiri.”

Mahasiswa KKN Tematik UPI sangat diharapkan dapat membantu SMK PUI dalam penyelenggaraan pendidikan baik secara fisik maupun non fisik karena keterbatasan anggaran dana yang ada, ungkapnya.

Kemudian mempromosikan program-program sekolah serta memberi masukan kepada pihak sekolah dalam program pembelajaran yang sudah berjalan, demi terciptanya kondisi belajar yang lebih optimal dan berkualitas. Jika memungkinkan, dapat membuat sebuah kerjasama dengan UPI untuk kegiatan pengembangan dan penelitian bagi guru dan dosen dalam rangka peningkatan kualitas SDM.

Sementara itu, menurut Nurul, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris angkatan 2015, SMK PUI memiliki 70 orang siswa, terbagi dalam 2 jurusan, yaitu Teknik Jaringan dan Teknik Kendaraan Ringan. Lebih lanjut dijelaskan,”Mahasiswa KKN Tematik UPI yang berjumlah 10 orang melaksanakan beberapa program kerja, pertama mengajak, menghimbau anak usia sekolah untuk bersekolah dengan maksimal usia hingga 21 tahun, upaya yang dilakukan adalah dengan mendatangi rumah-rumah masyarakat berdasarkan data dari pemerintah desa. Ke-2, membuat media pembelajaran untuk guru dan membuat kelas motivasi, sementara untuk ekstrakulikuler ada futsal, volley ball, dan pramuka.”

Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah infrastruktur yang minim dan terbatasnya inventaris kelas, katanya. Adapun upaya yang sudah dilakukan adalah melakukan perekrutan, membuat plang sekolah, membuat tiang bendera, membuat lapangan volley ball, menyiapkan alat kebersihan, membuat poster dan jadwal belajar, menyediakan perangkat kelas dan isinya, menggelar upacara bendera dan mengajari buang sampah pada tempatnya, sehingga mereka bisa mengikuti pembelajaran dengan nyaman. (dodiangga)