UPI MEMAKNAI HIKMAH PUASA MELALUI SILATURAHMI IDULFITRI 1444 H

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui panitia kegiatan Ramadan masjid Al-Furqon Kembali menggelar acara silaturahmi idulfitri secara luring penuh setelah pandemi. Kegiatan silaturahmi ini sekaligus menjadi penutup rangkaian kegiatan di bulan suci ramadan, dilaksanakan pada Rabu, 3 Mei 2023 di gedung Achmad Sanusi. Acara dimulai dengan penampilan tarian dari tim kesenian FPSD dan disiarkan secara langsung di kanal youtube UPI. Kegiatan ini diharapkan dapat mempererat silaturahmi sivitas akademika UPI.

Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UPI, Agum Gumelar, M.Sc, Jenderal  (Purn), menyampaikan harapannya terhadap kegiatan silaturahmi dan nilai-nilai yang dapat terus ditanamkan kedepan hari. “Tentu dengan silaturahmi diharapkan dapat membawa kita semua menjadi manusia-manusia yang bisa berguna bagi kepentingan umat, bangsa, dan negara.”

Berdasarkan laporan yang disampaikan ketua pelaksana, Prof.Dr. Rudi Susilana, M.Si bahwa panitia Ramadan telah menyelesaikan semua kegiatan Ramadan yang direncanakan. Kegiatan tersebut antara lain tarawih, tadarus, perlombaan Ramadan, pelatihan dakwah, penyediaan takjil, bakti sosial, kajian, pesantren Ramadan, dan penyediaan paket untuk diberikan kepada fakir miskin.

Rektor UPI, Prof. Dr. M. Solehuddin,n M.Pd., M.A., menyampaikan harapan dan ucapan selamat hari raya untuk seluruh sivitas akademika. “Kegiatan halal bihalal ini merupakan salah satu perwujudan UPI sebagai kampus religius dengan memfasilitasi kegiatan umat yang sangat berbahagia yang semoga memberikan keberkahan sekaligus menjadi penutup rangkaian kegiatan selama sebulan penuh di bulan suci ramadan. Dan tentu saja sebagai pimpinan kami memohon maaf kepada seluruh sivitas akademika kami banyak melakukan kekhilafan serta kekurangan di dalam memimpin universitas. Semoga dengan saling memaafkan di antara kita semakin mendapatkan keberkahan dan kebermanfaatan satu sama lain.”

Pada kegiatan inti menghadirkan Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D., selaku Direktorat Jenderal Haji dan Umroh Kementerian Agama RI. Beliau menyampaikan ceramah berkaitan hikmah puasa khususnya fenomena di era sosial media, yaitu mengontrol emosi karena seringkali lebih cepat jari dibandingkan pikirannya. Sementara Indonesia merupakan negara dengan literasi yang rendah. Akan tetapi, menjadi pengguna sosial media terbesar di dunia. Oleh karena itu, kita harus terus belajar disiplin karena manusia yang terbaik adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi manusia lainnya.

“Bulan puasa merupakan saat untuk diri kita melakukan muhasabah. Salah satunya dengan menjaga lisan dari perbuatan gibah, karena kita adalah tempat membuat kesalahan dan semua mempunyai potensi untuk melakukan kesalahan. Maka berbahagialah orang yang fokus terhadap dirinya sendiri daripada memikirkan kesalahan orang lain,” ujarnya.

Selain itu terdapat pemaknaan rukun islam, perlu diperhatikan pula rukun islam yang lainnya seperti salat, zakat, dan menunaikan haji. “Meskipun haji merupakan rukun islam yang terakhir dan hanya bagi yang mampu tapi kita harus mengusahakannya karena setidaknya terdapat tiga manfaat yaitu, secara spiritual, horizontal (ukhuwah islamiah, basariyah, kebangsaan), dan ekonomi.” Tegas beliau dalam ceramah.  Setidaknya di Indonesia sendiri membutuhkan waktu sekitar 60 tahun setelah mendaftar untuk antrian ibadah haji regular.

(Iqssyzia Syahfitri)