Departemen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI Gelar Seminar Nasional

Bandung, UPI

Departemen Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI menggelar Seminar Nasional yang bertema Sinkronisasi Kurikulum Desain Komunikasi Visual FPSD UPI dengan Dunia Industri, Senin, 26 Maret 2018 di ruang Pertemuan Departemen Seni Rupa Kampus UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Seminar tersebut menghadirkan narasumber di bidang Desain Komunikasi Visual dari berbagai universitas diantaranya, Eka Sofyan Rizal, Sekjen AIDIA; Sarjono dan Pujianto, Dosen DKV FS Universitas Negeri Malang; Agung Eko Budiwaspada, Dosen DKV FSRD ITB; dan Harry Sulastianto, Dosen DKV Departemen Seni Rupa UPI.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Departemen Seni Rupa UPI, Dr. Bandi Sobandi mengatakan bahwa seminar ini sebagai upaya prodi dalam persiapan dan promosi pembukaan Prodi Desain Komunikasi dan Visual di Fakultas Pedidikan Seni dan Desain Universitas Pendidikan Indonesia terutama dalam penyempurnaan serta keselarasan kurikulum baik dari kalangan praktisi, akademisi, maupun stakeholder di dunia industri.

“Seminar ini para narasumber mengungkapkan para pengalaman mereka selama menggeluti di bidang Desain Komunikasi dan Visual, baik itu tuntutan maupun tantangan yang dirasakan diberbagai lembaga perguruan tinggi”, kata Bandi Sobandi.

Dikatakan Bandi, tujuan dari seminar ini untuk memvaliditasi kurikulum Prodi DKV FPSD UPI yang telah dirancang oleh tim, sehingga kurikulum tersebut bisa menjadi acuan dalam melaksanakan perkuliahan serta memenuhi kebutuhan sesuai dengan tuntutan di masyarakat khususnya masyarakat industri.

Selain ada masukan terhadap kurikulum juga ingin menyelaraskan atau kesamaan dari lulusan Desain Komunikasi dan Visual ini, karena tuntunan sekarang dari Kemenristekdikti bahwa capaian keluaran atau lulusan dari program studi ini harus memiliki kemampuan akademik yang sama, walaupun dalam praktek perkuliahan ada muatan yang berbeda sehingga nantinya ketika dilakukan sertifikasi harus setara, dalam  kurikulum itu 75% muatan nasional dan 25% muatan lokal,  sehingga muatan lokal itulah yang bisa dikembangkan sesuai dengan perguruan tinggi masing-masing dan tidak harus seragam.

Diharapkan kegiatan ini tidak hanya memberikan masukan terhadap kurikulum tetapi ada kesetaraan profil lulusan yang sama, sehingga tidak ada perlakuan yang berbeda dari satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya,  dari jurusan yang sama ketika melamar pekerjaan pada khususnya, pungkasnya. (DN)