Dosen Senior Soas University Soe Tjen Marching Buka-Bukaan Tentang Penulisan Kreatif pada Kuliah Umum Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dosen Senior Departemen Bahasa dan Kebudayan, SOAS University of London, Soe Tjen Marching menjadi pembicara “Proses Kreatif Karya Sastra” pada kuliah umum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI yang digelar di ruang Auditorium FPBS UPI Lt. 4 dan Zoom Meeting dengan dihadiri oleh Dosen dan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, kamis pagi (6/4/2023)

Selain dikenal sebagai dosen, Soe Tjen Marching merupakan penulis sekaligus komponis yang acap kali memenangi penghargaan dalam perjalanan karirnya. Salah satunya, yaitu pada 2010 karya musiknya menjadi pemenang kompetisi Internasional avant-garde yang diadakan di Singapura. Soe Tjen Marching dapat dikatakan penulis yang komplit karena memiliki karya dalam bentuk prosa dan puisi. Terdapat tiga novel dan satu kumpulan puisi yang ia terbitkan, yaitu: Mati Bertahun yang Lalu, Kubunuh di Sini, dan Dari Dalam Kubur serta kumpulan puisinya Tiga Kitab.

Proses kreatif karya sastra berkaitan dengan bagaimana cara seorang penulis mencapai orisinalitas dalam berkarya. Penemuan teknik atau gaya dalam mengemas suatu wacana menjadi buah dari kerja kerasnya seorang penulis dalam menggali pengalaman dirinya sendiri. Jika seorang penulis terbiasa untuk berani mengekplorasi suatu teknik atau gaya, maka tidak menuntut kemungkinan dapat menciptakan kebaruan yang dapat diterima oleh publik.

“Ada satu penyakit yang sering kali mengganggu para penulis dalam menciptakan karya, yaitu meniru. Meniru hanya akan mengantarkan seorang penulis menjadi seseorang yang ditirunya, misalnya menjadi Hamka. Sehingga, ketika hal tersebut terjadi, maka penulis itu tidak menunjukan kebaruannya bahkan tidak menunjukan dirinya sendiri dalam karyanya” pungkas Dosen Senior yang baru menerbitkan buku puisi “Tiga Kitab” tersebut.

Melalui kuliah umum tersebut, kesungguhan dan kerja keras dalam proses kreatif sangat penting agar tercipta tulisan yang bagus. Manusia diciptakan dengan alam pikir yang berbeda-beda, dengan demikian pengalaman pribadi dapat mengantarkan penulis menemukan keunikan dirinya dalam tulisan. Selain itu, para penulis harus juga memiliki referensi yang banyak serta giat menelaah dan mengeksplorasi teknik dan gaya yang didapatkan dari penulis lain.

Dipertengahan kuliah umum, Soe Tjen Marching menampilkan sebuah puisi yang menurutnya cerdas dan out of the box.  Yaitu, sebagai berikut.

I still deserve love

Because no matter what

I am not good enough to be loved

And I am in no position to believe that

Beauty does exist within me

Because whenever I look in the mirror I always think

Am I as ugly as people say?

Now read the same words, but bottom up.

(Prety Ugly, Abdullah Shoaib)

Melalui kutipan puisi tersebut di atas, terlihat sebuah puisi sederhana yang mempertanyakan bahwa aku lirik apakah benar-benar jelek. Namun, diakhir lariknya terdapat anjuran untuk membacanya dari bawah ke atas. Terjawab sudah, dalam puisi tersebut di atas ada sebuah konsep yang baru di mana satu buah puisi dapat menghimpun dua arti berbeda yang dapat ditempuh dengan dua cara membaca yang berbeda. 

Selain itu, beliau menunjukkan puisi-puisi yang ditulisnya sendiri salah satu puisinya yang menceritakan perempuan melihat anaknya disembelih oleh suaminya sendiri. Dalam puisi tersebut terlihat bahwa Soe Tjen Marching ingin mencoba menyaksikan suatu peristiwa yang diambil dalam sebuah kitab melalui sudut pandang perempuan. Sebuah puisi yang merupakan alegori tentang nabi Ibrahim dalam agama Islam serta Abraham dalam agama Nasrani tersebut menyajikan suatu pengalaman baru dalam menyaksikan peristiwa tersebut dengan sangat emosional.

Kegiatan tersebut diakhiri dengan sesi tanya jawab dari peserta yang hadir, serta penyerahan sertifikat kepada Soe Tjen Marching sebagai pembicara dan ditutup dengan foto bersama. (Radiva Pitaloka)