Kabar dari Perancis (22) : Pembentukan Dewan Penasihat Sains Kepresidenan (Conseil Présidentiel de la Science)

Oleh : Nenden Nurhayati Issartel (Koresponden, Perancis)

Tri Indri Hardini (Dosen, Universitas Pendidikan Indonesia)

Emmanuel Macron, di depan 300 ilmuwan, yang di antaranya merupakan para pemimpin badan-badan penelitian dan dosen universitas, mengumumkan transformasi untuk masa depan Perancis secara besar-besaran dalam bidang penelitian dan melantik Dewan Penasihat sains kepresidenan” pada tanggal 7 Desember 2023.

Bagi Emmanuel Macron, seperti Dewan Ilmiah sebelumnya yang mendukung eksekutif selama krisis Covid-19 pada tahun 2020, Dewan Permanen Penasihat ilmiah ini bertujuan untuk “sepenuhnya menempatkan ilmu pengetahuan sebagai inti dari keputusan Pemerintah” dengan “kebebasan berpendapat dan berekspresi”. Dewan ini yang dijadwalkan bertemu “setidaknya sekali setiap tiga bulan”, akan memiliki misi membantu Kepala Negara untuk memantau kejadian-kejadian yang perlu mulai dipikirkan, mewaspadai kemacetan suatu program dengan mencoba untuk membangun proyek-proyek baru, juga termasuk memutuskan proyek-proyek yang mengganggu secara bebas dari politik kebijakan publik.

Apakah dasar pendirian Badan Kepresidenan  Penasihat Ilmiah ini?

François Jacob, André Lwoff dan Jacques Monod, tiga peneliti dari Institut Pasteur, ketiganya mendapatkan Hadiah Nobel Kedokteran pada tahun 1965 dianggap sebagai pelopor  dalam revolusi besar pertama dalam bidang biologi molekuler dengan menemukan mRNA dan perannya dalam mekanisme biologis. Walaupun demikian, dengan adanya mereka,  Perancis tidak berhasil menghasilkan sebuah vaksin untuk melawan Covid-19. Hal ini dianggap sebagai suatu kekalahan bagi negara ini yang terbiasa mendapat penghargaan dalam penemuan baru dalam banyak bidang sains. 

Di samping itu, ternyata negara-negara lain yang memberi banyak kemungkinan dan modal besar dalam bidang penelitian yang mendasar di bidang biologi sintetik, secara berturut-turut dan bergiliran, telah memimpin banyak bidang pengobatan masa depan dan vaksin yang berhasil mereka buat dan hal ini merupakan salah satu  bukti pencapaian paling nyata saat ini. 

Laporan catatan ringkasan yang terbit tanggal 15 Juni 2023 dan ditandatangani oleh 31 anggota Société Savantes Académique de France (Masyarakat Ilmiah Akademik Perancis) yang dipimpin oleh Philippe Gillet, seorang profesor di Federal Polytechnic School of Lausanne – Swiss, memberi usulan untuk memecahkan masalah ini dengan menyajikan argumen yang mendukung pembentukan penasihat ilmiah  (berdasarkan sains) kepada pemerintah.

Misi eksklusif dari penasihat ini adalah untuk memperkuat bobot pengetahuan ilmiah dalam pengambilan keputusan publik dan strategi penelitian nasional yang berada di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset. Penekanannya adalah legitimasi dewan sains dalam menentukan hubungan kerja yang setara dan independensi kekuasaan eksekutif. Sekaitan dengan hal tersebut maka Masyarakat Ilmiah ini mengusulkan pembentukan otoritas administratif independen yang melapor kepada Perdana Menteri.  

Dalam laporan Philippe Gillet ini, terdapat 14 usulan untuk memulai proses renovasi dan penyederhanaan ekosistem nasional yang pada dasarnya memiliki tujuan sebagai berikut.

  1. Memperjelas organisasi strategi dan kebijakan  dan politik penelitian  dan inovasi di tingkat negara (dalam hal ini Perancis).
  2. Menempatkan semua organisasi penelitian nasional dan universitas-universitas dalam melaksanakan penelitian dan inovasi.
  3. Menyederhanakan proses untuk memberikan lebih banyak waktu dan makna atau tujuan demi penelitian.
  4. Menjelaskan visi strategis nasional mengenai inovasi dengan kearifan lokal.
  5. Mendukung pengambilan risiko demi pengetahuan masa depan.
  6. Membangun proses evaluasi yang disesuaikan.

Dengan mentransformasi penelitian Perancis, Emmanuel Macron ingin menjadikan negara Perancis lebih kompetitif dalam upaya menggalang persaingan untuk mendapatkan yang terbaik dan memperbaiki hal-hal yang melemahkan posisi nasional. “Perancis adalah negara penelitian yang besar dan harus tetap demikian” katanya juga.

Akhirnya, Dewan Sains Kepresidenan ini dilantik pada hari Kamis tanggal 7 Desember setelah pidato Emmanuel Macron, di depan puluhan peneliti yang berkumpul di Elysée. Saat itu pula kepala negara mengumumkan transformasi penelitian Perancis ini dan menyatakan bahwa bidang penelitian ilmiah dan sains adalah prioritas negara yang ditingkatkan derajat pelaksanaannya melebihi sebelumnya.

”Saya berharap kita berhasil mentransformasi organisasi penelitian nasional kita yang besar, seperti Pusat Penelitian Ilmiah Nasional (CNRS: le Centre national de la recherche scientifique ), Institut Penelitian Kesehatan dan Medis Nasional (Inserm; l’Institut national de la santé et de la recherche médicale), atau Lembaga Penelitian Nasional Pertanian, Pangan dan Lingkungan Hidup. (INRAE: l’Institut national de recherche pour l’agriculture, l’alimentation et l’environnement). Lembaga ini merupakan lembaga program yang nyata dan strategis di bidangnya, menurut Kepala Negara pada pertemuan di Elysée ini.

Emmanuel Macron juga menyerukan bahwa dalam waktu delapan belas bulan dari tanggal 7 Desember 2023 akan dibuka “ l’acte 2 de l’autonomie (Akte ke-2 autonomi)  bagi universitas-universitas Perancis untuk memperoleh hibah dari pemerintah agar perguruan tinggi dapat mengorganisasi dan mengelola penelitian di tingkat wilayahnya secara mandiri.

Kepala Negara ini meminta  mengenai penelitian ini bahwa “ Il faut avancer sans tabou ” (Kita harus bergerak maju tanpa tabu)” dalam menghadapi tantangan tata kelola, model ekonomi dan, tentu saja membangun kerja sama nyata dengan tujuan yang jelas untuk sarana dan kinerja dengan insentif pendanaan. Pada kesempatan ini beliau menyatakan bahwa hal ini bukan merupakan upaya  membangkitkan kembali kontroversi seperti di bawah kepresidenan Nicolas Sarkozy, ketika menyajikan l’acte de l’autonomie – Akte otonomi.

Menurut Presiden, gagasan pertemuan dalam rangka meluncurkan “dewan sains kepresidenan” ini tidak dimaksudkan untuk memainkan peran yang dimainkan dewan ilmiah selama epidemi Covid-19. Dewan ini memiliki kedudukan yang tinggi untuk membantu [presiden] dalam mengarahkan, mengingatkan, dan memantau keputusan yang diambil,” jelas Macron.  Badan ini merupakan badan permanen yang beranggotakan 12 peneliti yang berkedudukan sebagai penasihat internal Presiden Republik. Pada kesempatan itu pula dijelaskan lebih lanjut bahwa nasihat badan ilmiah kepresidenan ini tidak akan disiarkan secara umum seperti dewan ilmiah yang diketuai oleh Jean-François Delfraissy yang didirikan oleh Elysée pada tahun 2020 selama pandemi Covid-19.

”Tujuan didirikan badan ini adalah agar presiden mempunyai wawasan mengenai subjek-subjek ilmiah yang tidak selalu menjadi berita utama, namun mengenai tantangan di masa depan,” tegasnya. Beliau mengambil contoh jika saja badan ini sudah terbentuk sepuluh tahun yang lalu, salah seorang penelitinya mungkin saja dapat menyampaikan kepada Presiden tentang teknologi vaksin RNA. Namun kenyataannya Perancis mengalami suatu trauma kolektif karena tidak  mampu memproduksi vaksin untuk melawan Covid-19.

Kedua belas anggota “dewan sains kepresidenan” yang terpilih adalah sebagai berikut.

  1. Pemenang Hadiah Nobel bidang fisika Alain Aspect (2022).
  2. Pemenang Hadiah Nobel di bidang ekonomi  Jean Tirole (2014).
  3. Ahli matematika Hugo Duminil-Copin, pemenang Fields Medal 2022.
  4. Aude Bernheim, peneliti mikrobiologi di Inserm.
  5. Ahli onkologi Fabrice André, Direktur penelitian di Gustave-Roussy Institute.
  6. Ahli ekologi Sandra Lavorel, peraih medali emas CNRS (Centre National de la Recherche Scientifique) 2023.
  7. 8. Claire Mathieu dan Pascale Senellart, fisikawan dan peraih medali perak dari CNRS pada tahun 2014, direktur penelitian di CNRS. 
  8. Profesor José-Alain Sahel, dokter mata, yang menerima medali inovasi CNRS pada tahun 2012.
  9. Pierre-Paul Zalio, Presiden Kampus Condorcet sejak tahun 2022 dan profesor sosiologi, penerima medali perunggu CNRS pada tahun 2003.
  10. Lucien Bely, sejarawan dan anggota Institut de France dan Akademi Ilmu Moral dan Politik (l’Académie des sciences morales et politiques).
  11. Claudine Tiercelin, filsuf dan anggota Akademi Ilmu Moral dan Politik.

Dewan penasihat ini di bentuk tanpa seorang ketua. Strukturnya dimaksudkan agar efektif sehingga presiden dapat memperoleh opini dan masukan langsung dari para peneliti untuk prioritas ilmiah tertentu.

Société Savantes Académique de France juga menyatakan di laporannya bahwa salah satu misi pertama dari sebuah penasihat pemerintahan ilmuwan harus membangun hubungan saling percaya.

Di mana Ada kehidupan, di situ ada masalah. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Sebuah bangsa tidak bisa hidup sendiri. Semua kendali yang dihadapi manusia hanya bisa ditanggung bersama. Naluri manusia untuk bertahan hidup membuat kita sadar bahwa krisis ekonomi, sosial, lingkungan hidup, dan kesehatan yang terjadi secara bersamaan menjadi tantangan dunia dan memaksa kita untuk berpikir, bukan hanya tentang ketidaksiapan kita, amnesia kita (sejarah yang terlupakan dan terulang), atau lambatnya respons kolektif  (penanggulangan bersama) kita dalam menantang bahaya dan dalam mengendalikan suatu musibah.  

Pada kenyataannya krisis-krisis tersebut terjadi berulang-ulang selama beberapa dekade, meskipun kadang ada tanda-tanda dan peringatan tetapi kejadian-kejadian tak diinginkan ini terjadi juga. Hal ini memaksa para pemimpin untuk memikirkan kembali agar segala keputusan utama penanggulangan krisis untuk jangka panjang tidak lagi dikorbankan karena keharusan memutuskan penanggulangan jangka pendek. Keputusan jangka panjang ini harus diterapkan  untuk: 

  • memahami rangkaian gelombang SARS-CoV-2, 
  • memahami peran umat manusia dalam perubahan iklim dan pemusnahan keanekaragaman makhluk hidup,  dan 
  • memberi solusi  melebarnya kesenjangan sosial. 

Hal-hal tersebut adalah beberapa tujuan nyata yang menjadi sasaran utama ilmu pengetahuan, teknologi kemanusian, sosial dan uji coba, yang kemudian pada gilirannya,  dengan adanya temuan-temuan  baru yang membawa pada penyediaan alat atau sarana, dapat menanggulangi suatu masalah di masa depan. Jika bidang ilmiah tidak dimaksudkan untuk menggantikan bidang politik, maka bidang ilmiah setidaknya dapat memberikan pencerahan ketika masyarakat sedang buta tidak tahu arah.

Jika ilmu politik dan ilmu ekonomi berdekatan, tidak demikian halnya dengan ilmu sains (ilmiah) yang secara tradisional seperti terkucil. Dengan disadari pentingnya ilmu ilmiah ini dalam pemerintahan, banyak negara di dunia mulai mendirikan Penasihat Ilmiah Utama di jajaran pemerintahannya. Pembimbing atau Penasihat  ilmiah ini dimiliki juga di setiap kementerian. Mereka memberi saran, tetapi keputusan tetap dijatuhkannya oleh pemimpin politik yang bersangkutan.

Posisi ini kontras dengan posisi Penasihat Menteri atau Presiden Perancis, yang merupakan figur bayangan yang terintegrasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini juga tidak sesuai dengan usulan “penasihat ilmu pengetahuan tingkat tinggi” dalam laporan Gillet yang diserahkan pada bulan Juli kepada Menteri Pendidikan Tinggi dan Riset dan yang misi utamanya berkaitan dengan strategi penelitian nasional.

Menurut Claire Mathieu, peneliti ilmu komputer dan matematika yang diwawancarai mengenai subjek ini oleh Le Figaro, tujuan organisasi ini sederhana, yaitu organisasi ini harus mampu membantu mendekatkan ilmuwan dengan politisi. Pada dasarnya, 12 ilmuwan Perancis yang terkenal di bidangnya akan mendedikasikan ilmu pengetahuannya  dengan memberi nasihat kepada Kepala Negara di bidang-bidang ilmiah dan yang kemudian mengintegrasikannya ke dalam kebijakan politik masyarakat.

Kesimpulan

Inisiatif yang datangnya dari ”Le conseil Scientifique Covid” (Badan ilmuan yang dibentuk untuk memberi pengarahan saat krisis Covid) dan inspirasi dari Council for Science and Technology Inggris, serta atas pengaruh yang berdasarkan laporan Société Savantes Académique de France, Pemerintahan Macron mendirikan Conseil Présidentiel de la Scienceyang terdiri atas 12 orang ilmuan sains yang menduduki tempat penasihat kepresidenan untuk memberi masukan yang akan menjadi dasar kebijaksanaan pemerintah. Agar supaya Badan Penasihat ini tanpa terikat memberikan ketepatan yang akurat dalam tinjauan mereka, diperlukan penelitian yang terus-menerus dalam bidang sains. Oleh karena itu, pusat-pusat dan badan-badan riset  yang terkait penelitian dalam bidang sains diberi tempat utama di Perancis dengan harapan Perancis menjadi negara pionir dalam ilmu sains dan teknologi seperti dulu dan juga dapat menghadapi kendala krisis kesehatan dan kesejahteraan negara ini dalam waktu panjang.

Sumber: 

rapport-mission-sur-l-cosyst-me-de-la-recherche-et-de-l-innovation-28193 https://www.enseignementsup-recherche.gouv.fr/sites/default/files/2023-06/rapport—mission-sur-l-cosyst-me-de-la-recherche-et-de-l-innovation-28193.pdf