Kabar dari Perancis (31) Menggodok Minat Baca Anak-anak di Perancis dan di Bagian Dunia Lainnya

Oleh : Nenden Nurhayati Issartel (Koresponden, Perancis)

Tri Indri Hardini (Dosen, Universitas Pendidikan Indonesia)

“Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu. Merekalah putra-putri panggilan kehidupan pada dirinya sendiri. Mereka datang melaluimu namun bukan darimu, dan meskipun mereka bersamamu, mereka bukan milikmu. Kita dapat memberi mereka cinta, tetapi tidak dengan pikiran kita, karena mereka memiliki pemikirannya sendiri. 

Kita bisa menyambut tubuh mereka tapi tidak dengan jiwa mereka, karena jiwa mereka menghuni rumah masa depan, yang tidak bisa kamu kunjungi, bahkan dalam mimpimu sekalipun.

Kita bisa berusaha membuat mereka seperti kita, tapi jangan mencoba membuat mereka menyukai kita, sebab hidup tidak berjalan mundur, tidak pula berlama-lama mengikuti hari kemarin. Kita adalah busur yang menembakkan anak-anak kita, seperti anak panah hidup. Sang pemanah melihat tujuan di jalan yang tak terbatas, dan pemanah ini mengerahkan kekuatannya sehingga anak-anak panahnya dapat terbang cepat dan jauh. 

Mudah-mudahan ketegangan kita dipegang di tangan pemanah itu menjadi kegembiraan, karena selain pemanah ini menyukai anak panah yang terbang, tetapi juga dia menyukai busur yang stabil.”

(Khalil Gibran)

Seperti yang dicantumkan di artikel terdahulu, seni dan budaya bukanlah suatu  privilese yang hanya diperuntukkan di usia tertentu. Seni dan budaya  adalah hak asasi untuk semua orang bahkan dari usia sangat dini. Tanggung jawab kita yang berhubungannya dengan anak-anak muda ini sangat khusus karena  kehidupan budaya dan seni ini merupakan pengungkit emansipasi yang merupakan cara atau jalan dalam pengungkapan dan penikmatan hidup dalam perkembangannya dari usia ke usia, karena dari usia yang sangat dini kita bisa menentang melawan hambatan dan kekakuan yang mencegah dan mengerem akses pada kebudayaan kebanyakan penduduk.

Anak-anak dipersiapkan untuk menjadi orang  dewasa yang bertanggung jawab dan terutama yang bahagia. Misi pemerintah Perancis jauh-jauh hari adalah sedini mungkin menjadikan anak-anak yang menikmati hidup dan pada gilirannya akan membawa kebaikan pada bangsa dan negaranya. 

Mari kita susuri tahapan bagaimana bangsa Perancis ini mempersiapkan anak bangsanya supaya menjadi warga yang membawa kebaikan pada negara ini. Apakah ini upaya negara Perancis  untuk mencuci otak generasi muda supaya mereka menjalani kehidupan seperti leluhur-leluhur mereka?

Misi Sophie Marinopoulos, seorang psikolog-psikoanalis, spesialis masa kanak-kanak dan keluarga), setelah Pertemuan Nasional tentang Kesadaran Artistik Anak Muda (Rencontre nationale de l’eveil artistique du jeune enfant) yang pertama, bahwa tampaknya penting bagi kementerian untuk melakukan evaluasi kemajuan dengan semua profesional budaya dan profesional anak usia dini. Pada tahun 2018, Ia memperingatkan tentang memburuknya ikatan orang tua-anak dan menyampaikan laporan kepada Menteri Kebudayaan (la ministre de la Culture), Françoise Nyssen. Ia memaparkan konsep Kesehatan Budaya (la notion de Santé Culturelle), yang menetapkan rehabilitasi budaya universal, yang disebut dengan borderless culture (budaya tanpa batas), yang mengusung kebangkitan humanisasi / kemanusiaan balita.

Bagaimanakah cara menanggulangi masalah agar supaya anak dan orang tua ini kembali menjalin hubungan yang baik? Selain dengan perantaraan berbudaya dan transfer budaya dari orang tua ke anak sedini mungkin juga anak-anak ini disiapkan untuk akses pada bacaan sedini mungkin.

Untuk  penerapannya,  seorang dosen yang diberi wewenang untuk mengarahkan penelitian di Universitas Tours dan spesialis sastra anak-anak, Cécile Boulaire meluncurkan program untuk meningkatkan kesadaran membaca bagi anak-anak yang masih sangat kecil. 

Pada tahun 1989, program Reach Out and Read diluncurkan di Boston atas prakarsa sekelompok dokter anak, seperti antara lain Barry Zuckerman yang menilai tentang hubungan antara anak-anak dari keluarga kurang mampu yang ia rawat dengan fenomena reproduksi sosial yang menyebabkan anak-anak ini menghadapi  kesulitan ekonomi dan budaya  seperti orang tuanya. Dari sini, muncul gagasan untuk menerapkan sistem mendistribusikan buku selama konsultasi dokter dan dokter anak dan tentu saja  menerapkan pemberian saran pada orang tua dari anak-anak ini. 

Pada garis besarnya, dengan membaca,  nasib seorang anak bisa berubah, tidak terus-terusan dari generasi ke generasi tetap miskin. Membaca memberi wawasan dan akan membuat anak-anak ini terbuka pikirannya dan memberi jalan pada mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih baik karena dengan membaca bukan saja imajinasi mereka berkembang tetapi juga jiwa kritis dan kecerdasan serta kepercayaan diri juga akan terpupuk.

Program ini kini meluas ke seluruh Amerika Serikat dan dengan cepat diterapkan di seluruh dunia. Pada tahun 1992, program Bookstart didirikan di Inggris. Inisiatif ini kemudian menyebar ke seluruh Eropa: Nati per leggere di Italia (1999), Nascuts per Legir di Catalonia (2002), Boekstart.be di Flanders (2005), Buchstart di Hamburg (2007), BoekStartdi Belanda, dan Né pour lire / Buchstart/ Nati per Leggere di Swiss (2008), Bogstart di Denmark, BokStart di Norwegia, atau Premières Pages di Perancis (2009).

Setiap program beradaptasi dengan struktur kelembagaan negara dan kekhasan lokalnya. Nati per leggere dan Buchstart menawarkan contoh program yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang sama seperti Premieres Pages namun menerapkan logika tindakannya secara berbeda.

 Nati per leggere (lahir untuk membaca) fokus pada pengalaman Italia (Zoom sur Nati per leggere (Né pour lire) et l’expérience italienne). Program ini dibuat pada tahun 1999 atas inisiatif Pusat Kesehatan Anak (Centro per la Salute del Bambino), dari The Association of Pediatricians (ACP) ) dan Asosiasi Perpustakaan Italia (AIB), yang semuanya yakin akan pentingnya membaca sejak dini dan bersama sebagai sebuah keluarga. Program ini berjalan secara bersamaan dengan program Nati per la musica (Lahir untuk Musik). Tujuannya adalah untuk menggalang para ahli (profesional) anak usia dini dan menyadarkan orang tua akan pentingnya manfaat buku, membaca, dan mendengarkan musik bagi anak-anak mereka.

Program Buchstart di kota Hamburg dibagi menjadi dua bagian yang terdiri dari pembagian tas buku dua kali dalam kehidupan anak-anak: Buchstart 1 dan Buchstart 4½. Hamburg adalah kota dengan kesenjangan sosial yang besar: meskipun terdapat rumah 42.000 jutawan dari satu setengah juta penduduknya, 20% anak-anak di bawah 15 tahun hidup dalam kemiskinan dan 15% penduduk Hamburg buta huruf. Program Buchstart 1diluncurkan pada tahun 2007 setelah dua tahun diskusi dan meja bundar, proyek ini terdiri dari pendistribusian kepada keluarga berupa sebuah tas berisi dua buku, dengan judul yang berubah setiap tahun, brosur untuk orang tua dan voucer akses gratis ke perpustakaan umum kota. 

Bagaimana dengan di Perancis? Apakah yang dimaksud dengan program Premières Pages (Halaman-halaman pertama)? Program ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2009. Program Premières Pages yang diprakarsai oleh Kementerian Kebudayaan (Le ministère de la Culture), bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan keluarga, khususnya kelompok yang paling rentan secara ekonomi dan paling jauh dari buku akan pentingnya membaca sejak usia sangat muda.

Pada empat tahun pertama kegiatan program ini mencakup penawaran pada setiap kelahiran atau adopsi seorang anak berupa sebuah paket yang berisi panduan untuk orang tua dan nasihat membaca. Program pada masa percobaan ini didukung penuh oleh Dana National Tunjangan Keluarga (La Caisse Nationale d’Allocations Familiales/CAF) dan diterapkan  di 7 departemen: Ain, Lot, Puy-de-Dôme, Pyrénées-Orientales, Réunion, Savoie, Seine-et-Marne yang  melibatkan sekitar 60.000 kelahiran per tahunnya.

Setelah evaluasi yang dilakukan pada tahun 2012, Direktorat Jenderal Industri Media dan Budaya (Layanan Buku dan Bacaan) Kementerian Kebudayaan mengusulkan penggarisbawahan operasi baru ini dengan penerapannya yang lebih kuat di wilayah tersebut dengan melanjurkan program musim kedua. 

Aktivitas di musim kedua adalah melibatkan perluasan operasi ke departemen baru dan komunitas baru untuk menjangkau lebih banyak bayi. Proyek yang lebih beragam kini diprakarsai oleh Badan masyarakat (des collectivités/badan pemerintah daerah) setempat yang dikaitkan dengan konteks wilayahnya.

Acara ini sekarang menjadi bagian dari proyek pendidikan seni dan budaya nasional (EAC/ L’éducation artistique et culturelle). Hubungan dini dengan buku dan membaca dalam segala bentuknya, sebelum memasuki taman kanak-kanak atau selama masa prasekolah akan mendorong akses terhadap seni dan budaya.

Kegiatan ini merupakan acara dari berbagai kemitraan di skala nasional dengan pemangku kepentingan di bidang perbukuan dan anak usia dini, seperti : komisi pemuda dari Persatuan Penerbitan Nasional, Persatuan Asosiasi Keluarga Nasional (UNAF/ La commission jeunesse du Syndicat national de l’édition, l’Union nationale de associations familiales), Pusat Sastra Nasional untuk Remaja (CNLJ/BnF/le Centre national de littérature pour la jeunesse ) , asosiasi A.C.C.E.S, (agensi Saat buku terhubung dengan Masa Kecil dan musik : l’agence Quand les livres relient, Enfance et musique). Dengan demikian, tujuan program ini adalah untuk :

  • mengurangi kesenjangan akses terhadap buku dan budaya tulis;
  • memperkenalkan, mendidik bayi dan anak kecil tentang buku;
  • mendorong kerja sama antara pemangku kepentingan buku dan anak usia dini; dan
  • mempromosikan nilai sastra anak-anak.

Bagaimana cara berpartisipasi dalam program ini?

Komunitas atau kelompok komunitas mana pun dapat meminta untuk berpartisipasi dalam operasi “Halaman-halaman Pertama” dengan mengajukan proyek ke Kementerian Kebudayaan. Dipimpin oleh perpustakaan-perpustakaan, proyek ini harus bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di antara anak-anak berusia 0-3 tahun dan keluarga mereka untuk membaca dengan disediakan kemungkinan fasilitas dalam bentuk kursus yang diselenggarakan sepanjang waktu untuk membiasakan anak-anak dan keluarga akan pentingnya buku dan membaca.

Kualitas proposal proyek ini dinilai berdasarkan:

  • sifat kegiatannya, misalnya: pendaftaran gratis di perpustakaan, peminjaman buku perpustakaan mini (buku, majalah, DVD, CD, dll), kegiatan membaca untuk bayi dan anak kecil dengan didampingi orang tua atau rombongan, pengiriman buku, pelatihan profesional, dll;
  • mitra yang terlibat dengan kegiatan ini, seperti taman kanak-kanak, pusat perawatan ibu dan anak, perpustakaan, toko buku, sekolah taman kanak-kanak, dan lain-lain, atau setiap badan yang menerima anak-anak yang masih sangat kecil;
  • rencana evaluasi yang dirancang. Selama  periode berlangsungnya program yang dijanjikan dalam proposal ini diterapkan, akan diselenggarakan penilaian / evaluasi dari PREMIERES PAGES.

Beberapa kriteria penerimaan proposal ini juga harus dipenuhi oleh proyek. Proyek ini harus memasukkan setidaknya anak berusia 0-3 tahun, mengkaji buku dan membacakan (keterbukaan terhadap bentuk budaya lain dianjurkan), melibatkan profesional buku dan anak usia dini, dan mencakup anggaran sementara yang disetujui Kementerian Kebudayaan  sebesar 8.000 euros. Subsidi yang diberikan oleh Kementerian Kebudayaan ini tidak boleh melebihi 50% dari perkiraan anggaran ini.

Negara akan memastikan pelabelan (copy right) “Halaman-halaman Pertama” pada proyek-proyek yang dipilih, menggalang kerja sama secara nasional dan, jika memungkinkan, ikut serta dalam pembiayaan proyek-proyek tersebut. 

Untuk mengajukan permohonan pada kegiatan ini, badan yang dihubungi di daerah adalah Penasihat  Aksi Daerah (conseillers action territoriale) atau ( bagian buku dan membaca di DRACs (des directions régionales des affaires culturelles) .

Pada kesimpulannya, untuk meningkatkan dan membiasakan membaca anak-anak dari usia dini, badan-badan daerah bebas (non-institusi)  dapat  didirikan dan diberi subsidi oleh pemerintah dengan syarat badan-badan ini mengikuti tahap-tahap pendiriannya seperti yang ditetapkan pemerintah.  

Perancis seperti negara-negara lainnya yang menerapkan sistem ini percaya bahwa untuk membuka pikiran dan jiwa masyarakat atau seseorang itu bisa diraih dengan memiliki kemampuan dan kemauan membaca banyak buku dan karya dari berbagai sumber. 

Dengan membaca diharapkan generasi muda yang kemudian bakal menggantikan generasi sekarang dibekali oleh kekuatan jiwa dan pikiran mereka dalam menanggulangi dan menghadapi kehidupan yang akan datang.

Membaca buku yang beragam bukan merupakan pencucian otak karena membaca ini bukan merupakan aksi menutup diri ke suatu gagasan atau ideologi. Sebaliknya kegiatan membaca dapat  membuka dan melebarkan wawasan. Sekali lagi, kita tak akan berhenti mendengar dan membaca bahwa anak yang membaca kelak akan menjadi orang dewasa yang berpikir cerdas.

Sumber: 

https://lesprosdelapetiteenfance.fr/vie-professionnelle/paroles-de-pro/chroniques/les-chroniques-de-sophie-marinopoulos

https://www.culture.gouv.fr/

https://www.premierespages.fr/

https://www.culture.gouv.fr/Thematiques/Education-artistique-et-culturelle