Prof. Didi Suryadi akan Lanjutkan dan Kuatkan Agenda DGB UPI

Bandung, UPI

Tugas kita yang lebih berat sebetulnya adalah bagaimana identitas yang kita miliki ini dimaknai, kemudian melakukan yang disebut dengan mission. Kita itu sebenarnya memiliki tugas yang jauh lebih berat. Bagaimana identitas yang kita miliki yang dicerminkan sebagai identitas ilmuwan itu bisa mempengaruhi atau melakukan perubahan-perubahan yang besar ke depan, yang terjadi di masyarakat akibat dari aplikasi dari keilmuan kita masing-masing.

Ungkapan tersebut disampaikan Ketua Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) terpilih Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M. Ed., dalam sambutannya di Rapat Pleno Dewan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia, di Ruang Auditorium Gedung FPEB Lt. 6 Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Selasa (13/6/2023).

Menurut Prof. Didi, dirinya beserta Sekretaris DGB UPI Prof. Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., akan melanjutkan dan menguatkan agenda yang tertunda pada masa kepemimpinan sebelumnya, juga merealisasikan harapan-harapan Pimpinan Universitas.

Dijelaskan Prof. Didi,”Pimpinan Universitas menginginkan Dewan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia untuk melakukan terobosan-terobosan yang diinisiasi oleh para DGB untuk bisa memberikan atau menciptakan rekognisi yang bukan hanya nasional, tapi juga internasional.”

Saya meyakini, ungkap Prof. Didi, para guru besar UPI tentunya sudah mencapai apa yang disebut dengan memiliki identitas keilmuan masing-masing dan itu tidak diragukan, karena itu ditandai dengan diterimanya SK Guru Besar. Guru Besar lama ataupun baru, semuanya menunjukkan bahwa masing-masing memiliki identitas sebagai guru besar yang menunjukkan bahwa kita memiliki identitas dalam keilmuan tertentu.

“Dalam waktu dekat, kami akan mengidentifikasi potensi yang kita miliki untuk bisa disosialisasikan kepada masyarakat sehingga diharapkan memperoleh rekognisi nasional dan internasional. Sebagai contoh, saya melakukannya melalui research group, Didactical Design Research (DDR),” ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskan, dalam satu proposal itu ada beberapa poin yang sebenarnya memungkinkan pemikiran orisinil kita itu bisa diperkenalkan, bahkan diminta. Misalnya, kalau seandainya pemikiran kita itu banyak kompetitornya secara internasional, kita harus bisa memberikan 3 keunggulan yang dimiliki dibandingkan dengan kompetitor yang lain. Kalau seandainya pemikiran yang baru kita itu sifatnya unik, tidak ada kompetitor, disitu diminta, minimal 3 keunikan yang bisa menjadi daya tawar untuk pembaca internasional.

Berikutnya, sebagai upaya untuk bisa masuk kepada tatanan internasional, kita harus aktif melibatkan diri dengan komunitas internasional. Contohnya, saat ini research group DDR tengah terlibat dalam komunitas internasional yang rutin melakukan konferensi dalam bidang Technological Education di Jepang.

Para Guru Besar jangan melupakan kewajibannya untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Kita lakukan secara internasional. Upayakan untuk melakukan kolaborasi dengan universitas di luar negeri, dalam waktu dekat, DDR akan melakukan pengabdian masyarakat bekerja sama dengan universitas di Malaysia.

Saya kira, kalau kita memiliki keunikan yang berbasis pada sumber daya lokal, ini adalah potensi yang sangat besar untuk diperkenalkan secara internasional, sehingga memiliki peluang untuk kita memperoleh rekognisi internasional. (dodiangga)