TRANSFORMASI UTBK-SNBT 2023 SEBAGAI WUJUD MERDEKA BELAJAR

Hari ini merupakan hari pertama dilaksanakannya Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK-SNBT), atau yang sebelumnya dikenal sebagai SBMPTN di berbagai lokasi salah satunya UPI Kampus Bumi Siliwangi (05/08/23).

SNBT tahun ini diikuti oleh setidaknya 803.853 peserta yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Nantinya 213.406 kursi yang tersedia pada 236 perguruan tinggi negeri dan politeknik di Indonesia akan diperebutkan.

Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada UTBK tahun ini dari tahun-tahun sebelumnya. Setidaknya terdapat tiga poin perubahan, di antaranya:

  1. Substansi
  2. Ekspansi
  3. Skema kualifikasi

Dr.rer.nat. Ahmad Muzakir, M.Si. Kadiv Rekrutmen Mahasiswa Baru Dit. Pendidikan UPI menjelaskan, “jadi yang pertama terkait desain tesnya. Karena kita sudah lama menggunakan konsep merdeka belajar maka kementerian mulai tahun ini mengubah design tesnya jadi tidak lagi mengandalkan tes mata pelajaran karena sudah merdeka belajar jadi pada prinsipnya semua calon mahasiswa bisa mendaftar pada prodi mana pun.”

Sistem ini menerapkan merdeka belajar yang sudah diterapkan di berbagai sekolah dan perguruan tinggi, ia menegaskan bahwa sistem ini menjadikan siswa yang awalnya berasal dari IPS bisa memilih prodi di kelompok IPA maupun sebaliknya. Dengan demikian, ujian mata pelajaran dihapus, ujian yang sekarang dilakukan mengarah kepada kemampuan potensial untuk semua prodi. Meliputi tes potensi skolastik, literasi, dan penalaran matematika.

Dihapuskannya tes mata pelajaran dan kini berfokus pada kemampuan penalaran dan pemecahan masalah adalah upaya memberikan ujian yang lebih holistik dalam tolak ukur nantinya.  Selain itu, dalam UTBK-SNBT siswa sudah bebas memilih jurusan kuliah sehingga Tes Kemampuan Akademik (TKA) dihapuskan.

Dr. Rahmawati, M.Ed., Kepala BP3 Kemdikbudristek menyampaikan perihal transformasi dan harapan untuk sistem tes tahun ini.

“Transformasi ini terdapat beberapa hal, pertama substansinya ini dibuat agar lebih holistik. Lebih umum oleh karena itu tidak ada tes potensi akademik. Digantikan dengan penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, literasi dalam bahasa Inggris, tes potensi skolastiknya relatif sama dengan dulu. Kemudian perubahan kedua dari segi ekspansi atau cakupannya. Kalau  yang dulu tanpa diploma tiga tahun ini dengan diploma tiga. Kemudian yang ketiga adalah perubahan dari segi skema kualifikasinya atau persyaratannya.”

Sehingga dengan transformasi sedemikian rupa di tahun ini sangat memungkinkan semua siswa itu untuk lintas jurusan. “tetapi di sini perlu ditekankan adalah bisa lintas jurusan ini adalah merdeka tapi merdekanya ini perlu dipertanggungjawabkan. Jadi tidak hanya mencoba-coba. Pastikan tahu mengenai bakat dan minatnya, jadi meskipun di mungkinkan lintas program studi itu semua sudah melakukan pertimbangan yang matang dan kesiapan menyelesaikan sampai akhir studinya,” tegas Rahmawati.

Beliau juga menyampaikan bahwa perubahan ini untuk terus mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia tanpa mengurangi esensi yang dibutuhkan.

“Alasan utama penghapusan tes potensi akademik  sebenarnya karena di banyak negara sudah dilakukan. Misalnya di Amerika untuk tes menggunakan Scholastic Assessment Test yang memang tidak ada mata pelajarannya. Akan tetapi, bukan artinya mata pelajaran itu tidak penting, jadi literasi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan penalaran matematika itu sebagai kemampuan berpikir kritis yang menjadi hal dibutuhkan dalam perkuliahan. Penghapusan TKA ini untuk memberikan kesempatan yang inklusif kepada semua calon mahasiswa apa pun latar belakang pendidikan dan diharapkan lebih berkeadilan.”

(Kontributor Humas UPI/ Iqssyzia Syahfitri)