Kajian Subuh (Q.S. Al-Anbiya ayat 107)

Kajian subuh bersama Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. kali ini membahas tentang Q.S. Al-Anbiya ayat 107 sebagai upaya untuk Menyambut, Menggali, dan Memahami Makna Rahmat diutusnya Nabi Muhammad Saw.. Maka dari itu, penjelasan beliau berikut ini bisa dijadikan bahan rujukan oleh umat Islam dalam memahami hal tersebut.

Dilansir PORTAL BERITA UPI dari unggahan di kanal YouTube TVUPI Digital pada Minggu, 17 Oktober 2021/10 Rabi’ al-Awwal 1443 H menjelaskan tentang hal tersebut.

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ١٠٧

Artinya: Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. (Q.S. Al-Anbiya: 107)

Menurut para ulama, keseluruhan isi dari ayat pada surah Al-Anbiya turun sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah dari Mekkah ke Madinah, sehingga surah ini termasuk ke dalam golongan surah yang turun di Mekkah. Ayat ini turun di lingkungan kota Mekkah yang penuh dengan ujian, tantangan, cobaan, berbeda pandangan serta keyakinan, dan tempat berkumpul bagi beragam suku dan kepercayaan. Sehingga Allah Swt. kemudian menurunkan ayat ini sebagai kabar gembira bahwa Nabi Saw. adalah rahmat bagi seluruh alam. Penyebutan Rasulullah Saw. sebagai rahmat merupakan pujian agung dari Allah Swt. kepada Nabi Saw.. Karena di dalam Al-Qur’an tidak ada seorang pun dan tidak juga satu makhluk pun yang disifati dengan sifat rahmat oleh Allah Swt. kecuali Rasulullah Muhammad Saw. sehingga sifat rahmat ini seakan-akan merupakan hak istimewa bagi Nabi Saw..

Ayat ini mengandung beberapa nilai pendidikan yang bisa dijadikan pelajaran bagi umat Islam antara lain: nilai spiritual, setiap insan muslim harus menumbuhkan dan menambah rasa cinta pada Rasulullah Saw.; nilai moral, hendaknya kita memetik dengan menyimak akhlak terpuji dan nasab mulia dalam kisah teladan Nabi Muhammad Saw.; memiliki nilai sosial tinggi, senantiasa memperhatikan lingkungan sekitar dan membantu orang lain yang membutuhkan; dan nilai persatuan, persatuan akan terjalin dengan berkumpul bersama dalam rangka berselawat maupun berzikir sebagai tanda syukur atas limpahan nikmat.

Adapun makna dari rahmat yang terdiri dari tiga huruf ra, ha, dan mim menurut Ibnu Faris dalam Maqayis al-Lughah memiliki arti dasar ‘kelembutan, kehalusan, dan kasih sayang’. Sedangkan rahmat menurut al-Ashfihani dalam Mufradat Alfadzh al-Qur’an, kata rahmat berarti ‘kelembutan yang menuntut berbuat baik kepada yang disayangi’. Pada dasarnya rahmat (kasih sayang) itu berasal dari Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang (al-Rahman wa al-Rahim). Karena Allah Swt. merupakan sumber dari rahmat (kasih sayang) yang tersebar di alam semesta ini dan rahmat Allah Swt. juga sangat dekat. Di dalam Al-Qur’an, Rahmat memiliki beberapa makna diantaranya: Bermakna agama Islam, bermakna surga, berarti hujan, berarti kenabian, bermakna nikmat, berarti Al-Qur’an, bermakna rezeki, berarti pertolongan dan kemenangan, bermakna sehat dan afiyat, berarti cinta, bermakna keimanan, berarti taufik (pertolongan untuk amal kebaikan), berarti Nabi Isa as., serta bermakna Nabi Muhammad Saw..

Karunia rahmat Allah Swt. mengutus seorang Rasul adalah untuk membersihkan jiwa dan mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah. Maka sudah sepatutnya kita menjadikan Rasulullah Saw. sebagai seorang teladan dalam keberanian, konsisten dalam kebenaran, pemaaf, serta rendah hati dalam pergaulan terhadap tetangga, sahabat, dan keluarga. Adapun beberapa tanda yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin diantaranya karena beliau merupakan seorang problem solver, pejuang kemanusiaan dan keadilan, serta seorang juru damai,

Bapak Sofyan juga menyampaikan beberapa cara untuk memuliakan Nabi Muhammad Saw. diantaranya dengan meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah Saw., memperbanyak puasa sunnah, mengungkapkan rasa gembira ketika mendapatkan anugrah dari Allah Swt., dan memperbanyak selawat. (Cikal Aktar Muttaqin)