MOTIVASI BER-MENWA

Prof. Dr. H. Suwatno, M.Si
 (Guru Besar Komunikasi  Organisasi FPEB , Direktur Direktorat Kemahasiswaan UPI)

PENDAHULUAN

Tidak sembarang mahasiswa yang mau ikut bergabung dalam UKM Resimen Mahasiswa (Menwa). Berbeda dengan UKM-UKM lainnya, Menwa “menuntut” anggotanya untuk sehat dan prima baik secara fisik maupun intelektual. Kita mengetahui, bahwa Menwa memiliki 3 pengertian:

  1. Sebagai sebuah wadah, Menwa merupakan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan dalam upaya bela negara dan penguatan ketahanan nasional.
  2. Sebagai individu/perorangan, Menwa merupakan mahasiswa terlatih olah keprajuritan yang telah mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa Indonesia dan menjadi bagian dari komponen pertahanan negara.
  3. Sebagai sebuah organisasi, Menwa merupakan pusat aktifitas anggota Resimen Mahasiswa Indonesia yang terdiri dari tingkat Nasional, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota serta di Perguruan tinggi.

Itu artinya, setiap anggota Menwa adalah orang-orang pilihan yang siap menghadapi berbagai tugas dan tantangan. Dalam hal ini, ada 2 kata kunci yang sangat penting difahami oleh setiap anggota Menwa, yakni: Pertahanan dan Ketahanan. Apa perbedaannya?

  1. Pertahanan (Defence) dalam konteks pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara (Bakrie, 2007)
  2. Ketahanan (Resilience) dalam konteks ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi  segala tantangan, ancaman, hambatan,  serta gangguan  baik yang datang dari luar dan dalam  yang secara langsung dan tidak langsung  membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara  serta perjuangan mengejar tujuan nasionalnya (IPPC, 2014).

Jadi, setiap anggota Menwa harus memiliki modal yang cukup untuk menjalankan tugas dan fungsinya, karena berhubungan dengan 2 ranah sekaligus, yakni pertahanan dan ketahanan. Pertahanan biasanya berhubungan secara langsung dengan kegiatan-kegiatan militeristik, sementara ketahanan tidak serta-merta berhubungan dengan aktivitas militeristik. Untuk itu, modal yang dibutuhkan bukan hanya bersifat fisik, namun juga intelektual dan karakter yang kuat serta memiliki kecintaan yang tinggi terhadap tanah air, bangsa dan negara.

Oleh karena itu, setiap anggota Menwa harus memiliki motivasi sekaligus ideologi nasionalisme yang kuat. Setidaknya harus dua kali lipat dibanding menjadi anggota UKM biasa. Tanpa motivasi yang kokoh, maka Menwa hanya akan menjadi organisasi biasa-biasa saja (ordinary).

Maka dari itu, apa motivasi anda menjadi anggota Menwa Mahawarman?

MOTIVASI DASAR

Secara teoritis, motivasi adalah alasan untuk berbuat (reason to do). Ini menunjukkan alasan seseorang melakukan tindakan atau perbuatan tertentu. Alasan tersebut diasumsikan bersifat rasional. Mengapa rasionalitas (motivasi yang rasional) itu penting? Karena subjeknya adalah manusia dewasa yang sudah bisa berfikir secara independen, tahu mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan keliru, mana yang bermanfaat dan mubazir.

Untuk itu, sebagai mahasiswa UPI yang secara usia sudah dewasa dan memiliki kapasitas berfikir yang baik, seharusnya motivasi dalam mengikuti Menwa Mahawarman adalah berdasarkan pada pilihan sendiri, bukan hanya sekadar ikut-ikutan.

Secara konseptual, motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Motivasi dapat dilihat sebagai basis untuk mencapai sukses pada berbagai segi kehidupan melalui peningkatan kemampuan dan kemauan. (Terry, 1996).

Sumber motivasi dapat berasal dari dua ranah, yakni sumber motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan sumber motivasi dari luar (ekstrinsik). (Siswanto, 1989).

  1. Motivasi intrinsik adalah niat, semangat dan dorongan yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
  2. Motivasi ekstrinsik adalah niat, semangat dan dorongan yang dipengaruhi oleh stimulus dari luar alih-alih bersumber dari dalam dirinya sendiri.

Lebih jauh, Sardiman (2007) menjelaskan bahwa motivasi seseorang akan mendorong dirinya untuk melakukan sesuatu, karena motivasi memiliki fungsi antara lain:

  1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy.
  2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
  3. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatanapa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat lagi bagi tujuan tersebut.

Sebetulnya sah-sah saja jika motivasi mahasiswa mengikuti Menwa pada awalnya dari faktor eksternal. Namun, jangan sampai itu dijadikan sebagai sumber motivasi tunggal. Sebaiknya motivasi itu berasal dari dalam diri sendiri dan bersifat multiple, artinya memiliki banyak motivasi. Semakin banyak motivasi (reasons to do) yang kita tanam, semakin besar dan panjang pula durasi semangat kita dalam bertindak.

Untuk itu, cobalah anda siapkan secarik kertas, kemudian tuliskan sebanyak-banyaknya alasan anda menjadi anggota Menwa. Lalu lipat kertas itu dan masukkan ke dalam dompet. Biarkan kertas itu di dalam dompet anda, lalu buka kembali dalam 6 bulan kedepan. Bacalah kembali dan evaluasi apa yang telah anda tulis!

Dalam teori motivasi, kita mengenal ada sebuah konsep yang dirumuskan oleh Alderfer yang dikenal dengan akronim “ERG”, yakni:

  1. E = Existence (kebutuhan akan eksistensi)
  2. R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain)
  3. G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).

Teori motivasi Alderfer di atas sejatinya sangat “manusiawi”, artinya sesuai dengan fitrah manusia yang secara psikologis menginginkan pengakuan eksistensial, butuh berhubungan (membangun relasi) dengan orang lain, dan mengalami pertumbuhan.

Dalam konteks keaktivan berorganisasi, motivasi tersebut bagus-bagus saja. Sebagai anggota Menwa, kita harus:

  1. Dihargai eksistensinya, namun bukan berarti terlalu narsis (one man show)
  2. Pandai berkomunikasi dengan orang lain, karena kemampuan kolaboratif menjadi sangat penting di abad-21.
  3. Mengalami perkembangan baik secara emosional, intelektual, fisik, sosial dan juga spiritual.

Namun, yang harus dicatat dan diingat adalah bahwa Menwa adalah organisasi yang memiliki tujuan, visi dan misi khusus. Ia tidak dapat disamakan dengan organisasi mahasiswa lain, misalnya organisasi seni, musik, olahraga, kewirausahaan, dan lainnya.

Menwa memiliki “nilai-nilai” (values), visi dan misi yang lebih besar dan mulia, karena ia berhubungan secara langsung dengan usaha-usaha bela negara. Jadi, semangat “pengorbanan” untuk orang lain harus lebih dikedepankan dibanding dengan orientasi individual (memperoleh benefit personal).

Ingatlah kembali, tujuan dari Resimen Mahasiswa Indonesia adalah:

  1. Mempersiapkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan, sikap disiplin, fisik dan mental serta berwawasan kebangsaan agar mampu melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi dan menanamkan dasar-dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
  1. Sebagai wadah penyaluran potensi mahasiswa dalam rangka mewujudkan hak dan kewajiban warga Negara dalam Bela Negara.
  2. Mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari potensi rakyat dalam Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (SISHANRATA).

Ingat pula Sesanti/Semboyan dari Resimen Mahasiswa: Widya Castrena Dharma Siddha (Penyempurnaan Pengabdian dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan).

Ingat pula Janji Resimen Mahasiswa Mahawarman, yang mulai dibacakan sejak tanggal 13 Juni 1964, dalam rangka peringatan latihan Resimen Mahasiswa yang pertama. Janji Resimen Mahasiswa Mahawarman tersebut berbunyi:

  1. Akan melaksanakan kewajiban kami sebagai mahasiswa warganegara dengan berlandaskan Pancasila dan berhaluan Manifesto Politik Republik Indonesia.
  2. Akan menjunjung tinggi dan menjaga kehormatan kami sebagai mahasiswa yang pantang menyerah dan menyadari sedalam-dalamnja akanarti pembelaan dan keamanan bumi persada Indonesia.
  3. Akan menyumbangkan karya kami untuk memberikan isi kepada kemerdekaan yang diperjuangkan dengan tetesan darah dan keringat rakyat untuk menghantarkan bangsa menuju kealam sosialisme Indonesia.
  4. Dengan sukarela dan keikhlasan akan menjalankan perintah dan petunjuk Presiden Republik Indonesia.

KIPRAH MENWA 

Kita mengetahui bahwa Menwa telah mengalami sejarah yang cukup panjang. Pada 12 Juni 1964 Jenderal Nasution selaku Menko Pertahanan-Keamanan/ KSAB menerbitkan Surat Keputusan No. M/B/86/64. Melalui surat keputusan ini Resimen Mahasiswa Mahawarman secara resmi memiliki Dhuaja (Lambang Kesatuan). Sehari kemudian yaitu pada tanggal 13 Juni 1964 diadakan suatu upacara parade/defile di lapangan Diponegoro, Bandung Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution disaksikan Prof. Dr. Ir. Thojib Hadiwidjaja (Menteri PTIP), dan Pangdam VI Siliwangi Kolonel Ibrahim Adjie. Dalam upacara tersebut Dhuaja Resimen Mahawarman diserahkan langsung oleh jenderal Nasution kepada Komandan Resimen, Mayor Ojik Suroto.

Upacara ini secara resmi menandai berdirinya Resimen Mahasiswa Mahawarman. Nama Mahawarman memiliki pemaknaan ”Maha” yang berarti Agung atau juga Besar, sedangkan ”Warman” yang berarti baju besi atau juga Baju zirah (ada juga yang mengartikan sebagai perisai). Maka pemaknaannya adalah Baju besi yang agung atau Perisai yang agung. Moto Resimen Mahawarman yaitu ”Widya Castrena Dharma Siddha”, ”Widya” berarti Ilmu Pengetahuan; ”Castra” berarti senjata, pedang, atupun golok; ”Dharma” berarti Kewajiban; ”Siddha” berarti sempurna. Dengan demikian motto tersebut mempunyai makna”Penyempurnaan Kewajiban dengan Pengetahuan dan Senjata”

Menwa Mahawarman sendiri dalam sejarahnya menjadi simbol kebanggaan mahasiswa Jawa Barat karena kontribusinya dalam membela bangsa dan negara. Menwa Mahawarman juga pernah melahirkan sejumlah tokoh nasional, seperti Arifin Panigoro, Fadel Muhammad, dan Harjanto Dhanutirto.

Sejak terbentuknya pada 1959, Menwa berperan dalam melindungi lingkungan kampus dari rongrongan pemberontak negara, seperti misalnya penumpasan gerombolan DI/TII di Jawa Barat pada tahun 1950-an, dan juga ikut serta dalam melawan tumbuhkembangnya PKI. Menwa Mahawarman juga turut dalam operasi pengamanan di beberapa tempat, seperti tergabung dalam kontingen Garuda VIII ke Timur Tengah, Satuan Tugas Dharma Bhakti ke Timor Timur (1978, 1990, 1991, 1993), dan Korps Sukarela Pembebasan Irian Jaya Barat (1961). Menwa Mahawarman juga turut dalam berbagai operasi penanganan bencana, antara lain di Aceh, Yogyakarta, dan Pangandaran.

Pada bulan Juli sampai Oktober 1983, anggota Menwa Putri Mahawarman mendapat kesempatan khusus untuk penugasan Satuan Tugas Dahrma Bhakti. Satuan khusus wanita ini dikirim untuk melaksanakan Program Peningkatan peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). Dalam usaha pemerintah Indonesia untuk turut serta dalam menjaga stabilitas perdamaian Internasional, pemerintah Indonesia secara rutin mengirimkan pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB/UN) melalui UNEF. Dalam pengiriman pasukan perdamaian pasca konflik di Timur Tengah, Indonesia mengirimkan Kontingen Pasukan Garuda VIII periode 1978-1979. Personil yang dikerahkan dalam Kontingen tersebut sejumlah 510 orang, dan 30 rang diantaranya merupakan anggota Resimen Mahasiswa.

Dalam berkegiatan, Menwa mengusung nilai-nilai yang menjadi pandangan filosofis kehidupan Resimen. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter resimen mahasiswa mencakup:

  1. Nilai Kedisiplinan
  2. Nilai Tanggung Jawab
  3. Nilai Kepedulian Lingkungan
  4. Nilai Cinta Tanah Air
  5. Nilai Kejujuran
  6. Nilai Etika dan Sopan Santun
  7. Nilai Toleransi

Selain nilai-nilai tersebut, setiap anggota Menwa juga harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan aturan yang telah digariskan. Dalam Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa Indonesia dan Pedoman Tata Sikap dan Perilaku Anggota Resimen Mahasiswa Indonesia Dalam Penampilan dan Pergaulan, disebutkan sebagai berikut:

  1. Sikap Pribadi

Yakni sikap pada waktu berdiri, berjalan dan duduk. Antara lain:

  1. Sikap Berjalan dan Berdiri Pada waktu berjalan dan berdiri, harus diperhatikan agar:
  2. Badan tegak, pinggang lurus, kepala tegak dengan pandangan lurus ke muka harus luwes tidak kaku.
  3. Langkah yang luwes, tidak terlalu panjang atau pendek (panjang langkah sudah di tentukan dalam PBB)
  4. Lengan dilenggangkan secukupnya, tetapi tidak perlu seperti lengan pada langkah tegap.
  5. Tidak sekali-sekali memasukkan tangan di dalam saku, baik pada waktu berdiri maupun berjalan.
  6. Anggota Menwa tidak dibenarkan untuk berjalan seenaknya. Ikutilah kecepatan (tempo) berjalan yang telah ditetapkan dalam PBB.
  7. Bila sedang berjalan dengan teman, langkah harus disamakan.
  8. Sikap Duduka.
  9. Pada waktu duduk hendaknya bersikap dengan badan yang tegak, sikap yang demikian itu selalu lebih baik dari pada duduk dengan sikap badan yang membongkok.
  10. Tidak sopan untuk duduk dengan kaki bersilang apabila berhadapan dengan orang tua atau wanita.
  11. Mendahulukan orang tuan dan wanita, untuk mendapatkan tempat duduk.
  12. Pemeliharaan Kebersihan Badan

Disamping pakaian yang rapi dan sikap pribadi yang baik, masih ada suatu hal yang harus diperhatikan ialah pemeliharaan badan, antara lain:

  1. Mandi pada waktunya.
  2. Memotong rambut dengan serasi.
  3. Janggut dan kumis terpelihara dan rapi
  4. Ketentuan Berpakaian
  5. Berpakaian rapi tidak berlebih-lebihan selalu memberikan kesan baik. Bagi anggota Menwa adalah amat penting berpakaian dengan baik karena anggota Menwa di dalam berbagai hal harus dapat dijadikan contoh.
  6. Untuk dapat menyesuaikan dengan sifat tugas yang dibebankan bagi anggota Menwa diberikan beberapa macam pakaian seragam yang pengadaannya disesuaikan dengan:
  7. Kebanggaan Nasional.
  8. Daya guna.
  9. Kepribadian selaku anggota Menwa.
  10. Penghormatan
  11. Penghormatan seseorang terhadap orang lain dalam kehidupan social merupakan suatu perwujudan rasa hormat seseorang terhadap orang lain yang didasari oleh tata susila/tata karma sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia. Penghormatan seseorang terhadap oranglain dikarenakan terdapatnya pengakuan terhadap kedudukan social serta ikatan batin di antara seseorang dengan lainnya.
  12. Agar dapat diwujudkan dan dipelihara ikatan batin diantara anggota Menwa Indonesia, maka penghormatan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota Menwa, bilamana dan dimanapun Menwa berada. Setiap junior wajib memberikan penghormatan kepda senior Menwa, demikian pula setiap senior wajib membalas penghormatan junior Menwa.
  13. Tata cara dan tata laksana penghormatandalam kehidupan organisasi Menwa diatur dalam peraturan penghorrmatan Menwa (PPM), sementara belum terbentuk PPM maka digunakan peraturan penghormatan Tentara (PPT). Setiap anggota Menwa berkewajiban mempelajari PPT dan mempraktekan/melaksanakan segala sesuatu yang telah menjadi ketentuan, yaitu penghormatan terhadap anggota ABRI, senior Menwa, sesamaanggota Menwa dan sesamamahasiswa, terhadap orang yang lebih tua, Rektor dan Dosen serta para Pegawainya.
  14. Penghormatan anggota Menwa terhadap anggota ABRI mencerminkan suatu ikatan batin antara Menwa sebagai salah satu komponen Bela Negara bersama-sama ABRI.
  15. Penghormatan terhadap sesama Mahasiswa, orang tua (orang yang dituakan), Rektor dan Dosen, menunjukkan bahwa anggota Menwa memiliki kesadaran bahwa mereka yang lebih tinggi kedudukannya/ jabatannya memperoleh penghormatan tanpa mempermasalahkan kepribadian yang dihormati.
  16. Sesama anggota Menwa berkewajiban saling memberi penghormatan hendaknya tidak bersikap menunggu fihak lain member hormat karena sikap demikian menandakan jiwa yang kerdil serta tidak memeliki pengertian tentang kode etik Resimen Mahasiswa Indonesia.

MOTIVASI BELA NEGARA

Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Guna mewujudkan tujuan nasional tersebut perlu proses salah satunya mengembangkan upaya membangun sistem pertahanan negara baik secara fisik maupun non fisik antara lain diantaranya membentuk dan membina kesadaran bela negara. Bela negara merupakan salah satu strategi pertahanan negara yang harus dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai

Salah satu strategi dalam menanggulangi berbagai ancaman ideologi, keutuhan bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bela Negara adalah keikutsertaan warga negara dalam usaha penyelenggaraan pertahanan negara yang dilakukan melalui upaya pembelaan negara. Upaya Bela Negara merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Adapun kriteria warga negara yang memiliki kesadaran negara adalah mereka yang bersikap dan bertindak senantiasa berorientasi pada nilai-nilai bela negara.

Setiap warga negara, wabilkhusus para anggota Menwa Mahawarman harus memegang semangat “Jangan kau tanyakan akan yang dapat diberikan oleh Negaramu kepadamu, tetapi tanyakanlah apa yang dapat kau berikan kepada negaramu” (John F. Kennedy, 1961)

Pertanyaan Pertama: “Apa yang harus dibela dari negara?”

Untuk menjawab pertanyaan ini, UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 4 menyebutkan bahwa pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman. Pasal tersebut menunjukkan bahwa yang harus dibela dari negara adalah kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

Pertanyaan Kedua: “Mengapa negara harus dibela?”

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengetahui bahwa setiap negara memiliki kepentingan nasionalnya masing-masing yang terkadang berbenturan antara negara satu dan lainnya. Kondisi tersebut membuat negara perlu survive mengingat semakin kuatnya persaingan dan tidak ada yang dapat menjamin bahwa sebuah negara akan tetap selamanya ada atau tetap berdiri. Untuk itu, agar tetap hidup, negara harus dibela dan dilindungi dari berbagai macam bentuk ancaman.

Pertanyaan Ketiga: “Siapa yang harus membela negara?”

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menyadari bahwa tugas membela negara tidak bisa hanya digantungkan pada Tentara Nasional Indonesia (TNI) semata. Sebagaimana sistem pertahanan semesta, bela negara harus melibatkan segenap komponen bangsa, termasuk di dalamnya seluruh warga negara, lembaga negara, lembaga kemasyarakatan, hingga partai politik (suprastruktur dan infrastruktur politik).

Sebagai penutup, ada satu pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap anggota baru Menwa Mahawarman: Seberapa besar motivasi anda untuk menjaga Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika dalam wadah Resimen Mahasiswa Mahawarman Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)?

RUJUKAN:

A.M., Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bakrie, C. R. (2007). Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Cadangan Nasional. (1980). Diktat Peraturan Disiplin Resimen Mahasiswa Indonesia dan Pedoman Tata Sikap dan Perilaku Anggota Resimen Mahasiswa Indonesia Dalam Penampilan dan Pergaulan.

Kusumabrata, R. C. (2011). Resimen Mahasiswa Sebagai Komponen Cadangan Pertahanan 1963-2000: Pembentukan Resimen Mahasiswa Mahawarman (Skripsi). Universitas Indonesia.

IPPC. (2014). Assessment Report 5: IPPC Working Group II.

Siswanto, B. (1989). Manajemen Tenaga kerja. Bandung: Sinar Baru

Terry, G. (1996). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara

https://www.kemhan.go.id

http://menwa.org

https://edukasi.kompas.com/read/2009/07/10/14090790/menwa.mahawarman.berupaya.bangkit.

https://worldofwork.io/2019/02/alderfers-erg-theory-of-motivation/