Kabar dari Perancis (11) Hari Perempuan Internasional

Oleh : Nenden Nurhayati Issartel (Koresponden, Perancis) 

Tri Indri Hardini (Dosen, Universitas Pendidikan Indonesia)

Di Indonesia, kaum perempuan sejak dulu telah memainkan peran yang penting dalam kehidupan bangsa kita, bahkan di dalam kancah politik, perempuan Indonesia pernah menempati kedudukan puncak saat Ibu Megawati Soekarno Putri menduduki jabatan presiden RI dari tahun 2001-2004. Semoga hak-hak kaum perempuan di Indonesia tetap dijunjung tinggi dan tidak mengalami kemunduran. Sayang sekali jika Ibu Kartini dan Ibu Sartika yang sudah susah payah memperjuangkan hak-hak kaum perempuan Indonesia ini dilupakan hasil kerja kerasnya.

Jika di negara kita tercinta kaum perempuan dijunjung tinggi haknya, di negara Barat tidak demikian adanya. Perbedaan perlakuan kaum perempuan dengan kaum lelaki di dalam masyarakat masih dirasakan. Sampai saat ini, jabatan Presiden Perancis belum pernah diduduki perempuan. Bahkan kondisi di Perancis, gaji perempuan lebih rendah daripada gaji laki-laki dan masih banyak kaum laki-laki yang merasa lebih ”macho” daripada kaum perempuan, sehingga layak dibayar lebih mahal. Diskriminasi ini masih tetap diperjuangkan sampai saat ini agar perempuan memiliki hak yang sama di dalam kehidupan sehari-hari. 

Pada tanggal 8 Maret, semua perempuan di seluruh dunia menjadi sorotan! Setiap tahun, tanggal ini meningkatkan kesadaran dan memobilisasi masyarakat di seputar hak-hak kaum perempuan. Banyak acara yang diselenggarakan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia dan di Perancis, untuk menunjukkan tekad dan komitmen mereka dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan menyoroti kemajuan yang dicapai selama setahun terakhir ini.

Hari Perempuan  Nasional pertama kali diadakan pada tahun 1909 di Amerika Serikat. Hal ini muncul setelah gerakan sosial yang dimulai pada abad ke-19, untuk menunjukkan perlawanan terhadap kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, khususnya yang  terkait dengan dunia kerja. Pada tanggal 8 Maret 1917, demonstrasi kaum perempuan skala besar terjadi di Rusia, yang menuntut “roti dan perdamaian”. Gerakan ini dipimpin oleh seorang feminis dan revolusioner, Alexandra Kollontaï yang memainkan peran besar dan berkat  unjuk rasa ini akhirnya ditetapkan tanggal 8 Maret sebagai hari perayaan perempuan, yang pada awalnya dirayakan di negara-negara bagian Timur. Pada tahun 1977, PBB meresmikan tanggal 8 Maret dan mengundang semua negara untuk merayakan hari perempuan dan perdamaian internasional.

Setiap tahun, PBB mengusulkan tema untuk hari internasional ini. Pada tahun 2021, di masa pandemi, temanya adalah “Kepemimpinan Perempuan: Untuk masa depan yang setara di dunia akibat Covid-19” dan pada tahun 2022 adalah “Kesetaraan saat ini untuk masa depan yang berkelanjutan”.

Tahun ini, tema yang diusulkan adalah: “Untuk dunia digital yang inklusif: Inovasi dan teknologi untuk kesetaraan gender”. Berbagai acara menyoroti kesenjangan antara laki-laki dan perempuan yang terkait dengan teknologi digital dan kemajuan yang diharapkan di sektor ini. 

Di Perancis, Hari Perempuan Internasional dirayakan dengan berbagai kegiatan, misalnya sebagai berikut.

  • Pemogokan kaum feminis : demonstrasi di seluruh Perancis untuk menuntut hak-hak kaum perempuan.
  • Beberapa perlombaan untuk kesetaraan/ kesamaan hak edisi ke-8, pada tanggal 11 Maret, di Parc des Buttes-Chaumont.
  • Kunjungan gratis ke makam para feminis di pemakaman Montparnasse.
  • Permainan Cluedo seukuran aslinya di kota Amiens yang diselenggarakan oleh Les centres d’information sur les droits des femmes et des familles (Pusat Informasi Hak-hak perempuan dan Keluarga) yang menampilkan tokoh-tokoh perempuan terkenal.
  • Beberapa konferensi dan pameran yang membahas tentang kaum perempuan.
  • Presiden Emmanuel Macron memimpin upacara penghormatan kepada Gisèle Halimi, seorang tokoh besar feminisme yang meninggal pada tahun 2020.

Artikel kami minggu depan membahas tentang hak asasi kaum perempuan dan perjuangannya dari beberapa sudut pandang.